PROKAL.CO, Gempa dan tsunami di Palu membuat pendidikan terhenti. Sebuah sekolah di Tanah Laut mengundang salah seorang siswa di Palu untuk bersekolah di Tanah Laut.
Kota Palu dilanda duka akibat gempa gempa 7,7 SR yang disusul oleh gelombang tsunami pada hari Jumat tanggal 28 September 2018 lalu. Banyak rumah dan gedung -gedung sekolah hancur. Banyak anak-anak yang telantar karena tidak lagi memiliki rumah, apalagi seragam untuk sekolah. Kehidupan dan pendidikan belum pulih di Palu.
Berempati atas penderitaan anak-anak di sana, Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Tanah Laut (MAN ICT) Kalimantan Selatan menawarkan salah seorang siswa di Palu untuk sekolah di Tanah Laut.
Siswa bernama Muhammad Alif itu tadinya adalah pelajar MAN IC Kota Palu.
Alif harus merasakan kepiluan akibat bencana karena selain ditinggal sang ayah sejak 5 tahun yang lalu, rumah tempat tinggalnya juga rata dengan tanah akibat musibah gempa. Kemarin, anak dari pasangan Aris Amkono (alm) dan Masdiana tersebut datang ke sekolah barunya dengan sandal jepit.
Alif datang bersama ibu, paman dan bibinya. Dia disambut langsung oleh Kepala MAN ICT Hilal Najmi beserta seluruh guru dan siswa MAN ICT di halaman sekolah
, Hilal menyampaikan bahwa MAN ICT beserta keluarga MAN IC se Indonesia menerima kedatangan siswa MAN IC Kota Palu untuk bersama-sama meringankan beban para korban gempa.
Hilal juga berjanji kepada orang tua dan wali Alif agar tidak mengkhawatirkan Alif selama ikut belajar dan mengikuti kegiatan keasramaan di MAN ICT. Peralatan yang diperlukan untuk kegiatan belajar akan ditanggung sepenuhnya.
“Kamar asrama untuk Anakda Alif juga sudah kami persiapkan,”ujar Hilal.
Hilal juga mengimbau kepada seluruh siswa MAN ICT agar terus membersamai Alif dalam seluruh kegiatan, baik kegiatan belajar di asrama maupun di ruang belajar. Hal ini agar Alif dapat keluar dan sembuh dari trauma pasca kejadian gempa dan Tsunami tersebut.
Anak-anak korban gempa dan tsunami tidak hanya mengalami luka fisik tetapi juga mengalami tekanan akibat rasa takut yang dahsyat. Rasa trauma terus membayangi mereka dan hal ini tidak akan bisa disembuhkan dalam waktu yang singkat.
“Kita harus bisa membuat Alif terus tersenyum dan bahagia selama di MAN ICT,” tegasnya.
Sementara itu, tidak banyak yang bisa di ucapkan Masdiana, Ibunda Alif selain meneteskan air mata dan terharu atas sambutan di MAN ICT. Terbata-bata, Masdiana hanya mampu mengucapkan terima kasih diiringi dengan isakan tangisan.
Sedangkan Alif sendiri terlihat jauh lebih tegar dan mampu menceritakan kepada seluruh siswa MAN ICT kejadian yang baru dilaluinya itu. Dia mengatakan saat gempa, dirinya sedang bersiap-siap untuk melakukan ibadah Salat Maghrib namun secara tiba-tiba gempa dan bumi berguncang dengan kerasnya.
Semua siswa MAN IC Kota Palu juga berbondong-bondong keluar ruangan untuk menyelamatkan diri hingga tsunami selesai melanda Palu. “Alhamdulilah semua siswa MAN IC Palu selamat, namun semua gedung IC Palu tidak bisa beroperasi karena rusak dan retak karena gempa,,” ujar Alif.
Alif menceritakan perjalanannya naik kapal laut dari Palu menuju Makassar dan naik pesawat ke Kota Banjarmasin untuk mengungsi ke tempat paman saudara ibunya. Dia mendengar kabar dari pihak MAN IC Kota Palu kalau MAN ICT siap menerima siswa dari MAN IC Kota Palu.
“Dan Qadarullah saat ini saya ada dihadapan teman-teman sekalian,” ungkapnya.
Alif juga menjelaskan, rekan-rekannya ada yang memilih untuk tinggal di Palu, namun juga ada yang pindah di MAN IC Gorontalo. Hanya dirinya yang memilih MAN IC di Kalimantan Selatan. (ard/ay/ran)