PROKAL.CO, BANJARMASIN – Lesunya perekonomian global berdampak pada sektor perdagangan di Kalsel. Dalam dua tahun terakhir ini, perdagangan di daerah ini mengalami perlambatan. Nilai ekspor Kalsel yang tahun 2015 lalu mencapai 6,5 miliar US Dolar. Tahun tadi hanya mencapai 6,2 miliar US Dolar.
Penurunan nilai ekspor tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga pertumbuhan ekonomi di daerah pun mengalami perlambatan. Penurunan nilai ekspor ini menurut gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor saat membuka Rapat Kerja Teknis Dinas Perdagangan se Kalsel di Banjarmasin, Rabu (8/3) kemarin yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Hawari menggambarkan masih tingginya ketergantungan daerah terhadap perdagangan luar negeri.
Dimana ketika pasar dunia mengalami kelesuan, daerah seperti tak bisa menghindar dari pengaruh ekonomi dunia dan kebijakan internasional. “Tantangan ini yang harus dihadapi pada era globalisasi perdagangan saat ini,” ujar Hawari.
Untuk itu perlunya menyiapkan strategi dan inovasi perdagangan yang kompetitif, antara lain dengan meningkatkan ekspor bahan jadi, termasuk mengembangkan industri-industri hilir. Dia memberi contoh seperti hasil karet dan CPO yang melimpah di daerah ini.
“Sudah saatnya mendorong untuk menciptakan industri-industri baru, seperti membangun pabrik minyak goreng, dan membangun pabrik yang bisa mengolah sendiri hasil perkebunan karet dan pabrik-pabrik lain yang bahan bakunya tersedia,” serunya.
Dengan diubahnya konsep mengirim bahan jadi, diyakini komoditas ekspor pun tak akan terlalu terpengaruh oleh gejolak ekonomi dunia. “Memang diakui, lesunya harga batubara di pasaran dunia membuat dampak yang tak kecil bagi pertumbuhan ekonomi di Kalsel. Untuk itu, perlu inovasi dan kreativitas agar nilai ekspor kita tetap tinggi,” tandasnya.
Sementara, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani memiliki beberapa upaya agar ekspor Kalsel kembali tinggi. Yang pertama mendorong para calon pelaku ekspor dan pengusaha yang mempunyai potensi ekspor untuk meningkatkan kualitas produk.
Selain itu, kedepan pihaknya akan fokus memberikan pelatihan dan peningkatan kualitas produk. “Yang tak kalah penting mempertemukan antara calon eksportir dengan eksportir agar bisa bekerjasama dan belajar cara ekspor,” terang Birhasani.
Meski demikian, pihaknya optimis dalam tahun ini nilai ekspor Kalsel akan membaik seiring mulai membaiknya perekonomian, termasuk harga batubara dunia. “Selain itu, harga karet, CPO juga mulai tinggi. Namun, kami tetap mendorong produk jadi yang di ekspor,” tandasnya. (mof/by/ram)