PROKAL.CO, Tiga Warga Desa di Kabupaten Tanah Laut (Tala) resah dengan keberadaan beruk atau di Banua biasa disebut bangkui. Jenis hewan yang menyerupai kera namun tidak berekor panjang itu suka menyerang warga yang sedang berkebun.
------------------------------------------------------------
ARDIAN HAIRIANSYAH, PELAIHARI
------------------------------------------------------------
Diketahui, ketiga desa itu diantaranya Desa Bluru, Desa Pantai Linuh di Kecamatan Batu Ampar dan Desa Pamalongan Kecamatan Bajuin. Secara geografis ketiga desa itu sangat berdekatan dengan batas perkebunan karet dan sawit, baik itu lahan milik pribadi maupun milik perusahaan.
Kemunculan bangkui ini datang secara bergerombol yang berada di tengah perkebunan tersebut, dalam satu gerombolan itu dipenuhi baik bangkui dewasa maupun masih anak. Sehingga keberadaaan bangkui itu membuat warga tidak berani pergi ke kebun.
Slamet Purwadi (30) warga RT 7 Desa Bluru Kecamatan Batu Ampar menjadi korban keganasan bangkui tersebut bersama Istrinya Siti Fadilah.“Saya luka diterjang bangkui itu,” ucapnya kepada Radar Banjarmasin, Kamis (22/5).
Dirinya menceritakan, saat itu dirinya sedang menyadah pohon karet pada pagi dan secara tiba-tiba dari belakang datang dua ekor bangkui. Satu bangkui menerjangnya sementara bangkui yang lain menunggu. Slamet pun bergumul dengan bangkui sembari berteriak-teriak minta tolong.
“Leher saya mau digigit dan tangan saya dipelintir oleh bangkui,” jelasnya.
Beruntung, suara tolong tersebut didengar warga lain dan akhirnya bangkui berlari. Luka di punggung dan di tangan Slamet harus mendapat perawatan dari petugas kesehatan. “Saya luka langsung ke mantri dan disuntik antibiotik,” ungkapnya.
Kejadian ini juga dialami oleh Supriyono warga RT 6 Desa Pantai Linuh. Namun dia masih beruntung saat diserang oleh bangkui karena sempat berlari manjauhi binatang primata tersebut.
“Saya lari, tak berani melawan hewan itu,” tandasnya.
Kejadian ini membuat Kepala Desa Pantai Linuh M Ali Ma’ruf selama seminggu ini dipusingkan oleh keresahan warga dengan keberadaan Bangkui, sehingga dirinya membuat status desanya “siaga satu” terhadap keberadaan bangkui ini.
“Seratus ekor lebih ada berkeliaran di desa kami,” sebutnya.
Selain itu, pihaknya juga membuat sayembara bagi warganya yang berhasil menangkap Bangkui ini, akan mendapat imbalan Rp 200 ribu dan jika menemukan bangkui berwarna putih akan mendapatkan imbalan Rp 1 Juta.
“Ada 7 ekor yang menyerang warga dan yang berwarna putih itu paling besar,” jelasnya.
Adanya bangkui ini juga sudah didengar oleh Pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banjarbaru dan Polsek Batu Ampar, dan jajarannya sudah melakukan penjagaan terhadap keberadaan bangkui ini.
Saragih salah satu Polisi Kehutanan BKSDA Kalsel menyebutkan, keberadaan Bangkui memasuki areal perkebunan warga ini, akibat kawasan yang menjadi tempat tinggalnya terusik. Lantaran hutan yang seharusnya menjadi habitat bangkui menjadi terganggu. Sehingga kelompok Bangkui ini mencari lokasi baru sebagai tempat tinggal.
“Ini semua ulah manusia sendiri,” tutupnya.
Hingga berita ini diturunkan, masyarakat Desa Pantai Linuh masih melakukan pencarian, bahkan malam hari perburuan juga dilakukan warga. (ard/ay/ran)