PROKAL.CO, BANJARMASIN – Impian Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor untuk menjadikan Kalsel sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2024 tampaknya bakal mengalami jalan terjal. Pasalnya, bukan perkara mudah bagi suatu provinsi untuk menjadi tuan rumah ajang pesta olahraga multievent empat tahunan di Indonesia ini.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat punya acuan tersendiri terhadap suatu daerah yang dinilai memang layak menggelar event seprestisius PON.
Menurut tokoh akademisi olahraga Kalsel, H Sarmidi, suatu daerah harus memenuhi sejumlah kriteria agar dapat dinilai layak jadi tuan rumah PON. Tak terkecuali Kalsel, yang untuk saat ini sedang merintis upaya untuk memboyong PON 2024 agar bisa dihelat di Banua. “Kriteria yang dimaksud adalah rekomedasi untuk menambah nilai jual bagi suatu daerah, sehingga bisa dinilai layak menjadi tuan rumah PON.
Karena, pada umumnya daerah yang sudah pernah menjadi tuan rumah PON pasti punya pengalaman melaksanakan sejumlah criteria yang dinilai oleh Kemepora RI maupun KONI Pusat,” ujar Sarmidi di sela-sela acara Rakor Peningkatan Kinerja Bidang Olahraga yang dilaksanakan oleh Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Kesra Setda) Kalsel di Aula Saraba Sanggam, Kamis (6/7).
Sarmidi mencontohkan salah satu criteria yang dinilai penting. Yakni, daerah yang ingin jadi tuan rumah PON, biasanya sering melaksanakan Kejuaraan Nasional (Kejurnas). “Bisa dilihat Kalsel, apakah sudah sering menggelar Kejurnas.
Karena, semakin sering suatu daerah menggelar Kejurnas, maka semakin besar pula peluang untuk direkomedasikan sebagai tuan rumah PON,” papar dosen JPOK ULM tersebut.
Menurut Sarmidi, suatu daerah idealnya menggelar minimal dua kali Kejurnas dalam setahun untuk mendapatkan penilaian dan rekomendasi positif sebagai tuan rumah PON. “Bahkan, semakin sering suatu daerah jadi tuan rumah Kejurnas, maka penilaiannya juga akan semakin tinggi. Dengan kata lain, daerah yang sering melaksanakan Kejurnas artinya memiliki kesanggupan untuk menggelar PON,” paparnya.
Tak hanya itu, kesungguhan suatu daerah untuk menjadi tuan rumah PON juga harus dilakukan dengan matang dan penuh persiapan. “Kesungguhan tersebut dibuktikan dengan menyampaikan permohonan menjadi tuan rumah PON minimal enam tahun sebelum penyelenggaraan.
Selain itu, daerah yang bersangkutan juga harus membentuk tim sukses yang bertugas melakukan lobi demi menjadi tuan rumah PON. Pertanyaanya, apakah Kalsel sudah sejauh mana upaya Kalsel untuk menjadi tuan rumah PON 2024?,” tanyanya.
Ditambahkan Sarmidi, upaya Kalsel untuk menjadi pelaksana PON XXI 2024 akan jadi impian belaka apabila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. “Jangan hanya berkutat pada penyediaan venue, namun kesungguhan dan komitmen tinggi untuk menjadi tuan rumah PON harus benar-benar ditunjukkan,” sambungnya.
Di sisi lain, Kalsel untuk saat ini sudah kalah start dari Sumut dan Aceh yang sudah lebih dulu melakukan ekspose secara nasional untuk menjadi tuan rumah bersama PON XXI 2024. “Kalau upaya Kalsel tidak keras, tak menutup kemungkinan PON XXI 2024 justru bakal dilaksanakan di Sumut-Aceh,” tandasnya.(oza/jy/arh)