PROKAL.CO,
BANJARMASIN - Remaja putri sekarang ini ingin mempunyai badan yang ramping. Mereka rela diet keras agar badannya tetap bagus. Ternyata ini kurang baik untuk kesehatan, terutama para wanita yang akan menjadi calon ibu.
“Tren remaja sekarang mau punya tubuh ideal, sehingga mereka melakukan diet ketat. Padahal itu kurang bagus,” ungkap Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Evi Ratna Wati, usai membuka Sosialisasi Bina Keluarga Balita (BKB) dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Rabu (10/10).
Seharusnya, sejak remaja mereka mengonsumsi gizi yang lengkap dan pola hidup sehat. Karena remaja putri inilah yang akan memunculkan generasi-generasi baru ke depan. Bahkan setelah mereka berumah tangga, sampai akhirnya mengandung. Tetap memperhatikan asupan gizi.
Stunting tak hanya membuat penampilan tubuh anak kerdil. Otak mereka juga mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang. “Harapannya ketika mereka dewasa dan berumah tangga akan melahirkan generasi penerus yang sehat pula,” jelasnya.
Dampak kekurangan gizi ini tidak hanya akan berlangsung selama masa kanak-kanak saja, tapi akan terus berimbas hingga dewasa. Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang. Risiko kekurangan gizi diantaranya, penyakit tidak menular kronis, jika terkena otak maka akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif. Sehingga kurang cerdas dan kompetitif. Gangguan pertumbuhan tinggi badan sehingga risiko stunting (pendek).
Peranan BKKBN dalam hal ini adalah pengasuhan. Sejak anak masih dalam kandungan sampai lahir, pengasuhan harus diperhatikan. Karena pengasuhan merupakan salah satu faktor penyebab stunting. Pola pengasuhan yang salah akan mengakibatkan stunting.