KOTABARU - Yang paling sering dituturkan warga adalah cerita banyaknya kapal pendatang yang melihat lampu meriah dari gunung. Namun saat awak kapal mendekat, lampu itu hilang dan tinggal Gunung Saranjana membayang hitam di kegelapan.
Ada kejadian unik belum lama tadi. Kata Kanne Ina, ada kapal tongkang batubara yang kandas terbawa gelombang ke dekat pantai. Setelah gelombang tenang mereka ingin keluar. Tongkang pun ditarik dengan tugboat. Namun usaha ini gagal terus. Ada sebulan awak kapal berusaha keluar namun selalu gagal.
Lantas orang kampung meminta kapten kapal menemui Kanne Ina. “Orang kampung suruh dia datang ke saya minta tolong,” kata Kanne Ina. Dimintai tolong, Kanne mengaku segera berbisik dalam bahasa Mandar kepada temannya yang ada di Saranjana. Dia meminta warga Saranjana bantu menarik kapal.
Setelah itu, Kanne meminta kapten tarik ulang kapalnya. Tidak memakan waktu lama, kapal tongkang bisa ditarik. “Waktu itu kaptennya kembali lagi ke saya. Dia bilang mau ke Surabaya dulu, nanti saya ditelpon. Tapi sampai sekarang belum ada kabarnya,” katanya. Kejadian itu menurut orang kampung terjadi di awal tahun 2016.
---------- SPLIT TEXT ----------
Warga pesisir di Desa Oka-Oka memang seolah hidup berdampingan dalam damai bersama warga Saranjana. Beberapa saja yang pernah mengaku masuk ke kotanya, namun banyak yang mengaku sering mendengar suara musik pada malam tertentu dari Gunung Saranjana.
“Awal-awal saya ke sini memang ada dengan suara musik dari sana. Suaranya seperti musik zaman dulu itu,” kata Yuliana. Hal senada juga dikatakan suaminya, Haliadi, yang mengaku sering sekali kalau mendengar suara namun belum pernah melihat penampakannya.
Suara aneh seperti musik juga pernah didengar guru TK, Saunah. “Belum pernah juga saya kalau lihat. Tapi kalau suara pernah,” akunya. Dia menambahkan, mereka yang pernah melihat penampakan adalah mereka yang sengaja menantang atau berniat tidak baik di sana.
“Biasanya pendatang yang dikasih lihat. Kalau mereka bicara macam-macam atau niatnya ke sana tidak baik, biasanya dikasih lihat yang aneh-aneh,” kata Saunah. Lain lagi dengan penuturan Marajang, wanita berusia sekitar lima puluh tahun ini mengaku pernah mendengar suara musik dangdut dari Gunung Saranjana. “Macam-macam suara musiknya, ada juga dangdut,” tuturnya lugu.
Mayoritas warga Desa Oka-Oka bekerja sebagai nelayan. Mereka tidak takut tinggal berdekatan dengan Saranjana. Mereka percaya, warga Saranjana adalah sahabat kalau tidak diganggu. Dan mereka percaya kalau bisa bersahabat dengan warga di sana maka banyak keuntungan yang didapat.
---------- SPLIT TEXT ----------
Desa ini berjarak sekitar 125 kilometer dari pusat kota kabupaten. Namun perjalanan ke sana memakan waktu lama dengan menggunakan kendaraan bermotor, sekitar 5 jam, karena akses jalan yang rusak menuju ke lokasi . Mulai dari Kecamatan Pulau Laut Barat aspal berlubang dan jalan berlumpur adalah pemandangan biasa. (zal/ran)