KOTABARU - Pua Leba, warga Desa Tanjung Lalak Utara, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, sehari-hari bekerja sebagai petugas di Kantor Kecamatan. Namanya dikenal baik. “Ooh rumahnya di ujung sana, pokoknya terus saja,” kata seorang ibu yang tinggal di Desa Tanjung Lalak Selatan. Sekadar diketahui, Desa Tg Lalak berada di ibukota kecamatan, jaraknya sekitar setengah jam.
Namanya dikenal karena Saranjana. Warga kompak membenarkan kalau Pua Leba adalah salah satu dari manusia yang sampai sekarang sering keluar masuk Saranjana. “Kalau jalan sama Bapak hati-hati. Dia sering hilang-hilang mendadak,” kata anak lelakinya saat Radar Banjarmasin sampai di rumah Pua Leba. Si Anak mengatakan Ayahnya sedang ada di kebun, sembari menyanggupi mengantarkan.
Di kebunnya Pua Leba menyambut dengan senyuman. Orangnya ramah dan riang. Tanpa malu dan perasaaan takut seperti kebanyakan warga lainnya, dia lancar bercerita tentang Saranjana. Katanya, awal mula bisa bersahabat dan keluar masuk ke kota Saranjana sesuka hati gara-gara sebuah mandau. Mandau itu dulunya milik pamannya, yang konon adalah senjata semacam komando di Saranjana. Berkat mandau itu, indera keenamnya terbuka dan sekarang sudah leluasa melihat Saranjana.
---------- SPLIT TEXT ----------
“Rata-rata Banjar di sana. Tapi ada juga Mandarnya, Jawanya, ya macam-macam suku,” kata Pua Leba. Dan pada malam-malam tertentu dia sering dijemput tokoh Saranjana menggunakan mobil. “Bagus mobilnya, kalau nggak warna merah biasanya warna kuning,” akunya. Sayang hanya di seorang yang bisa melihatnya.
Sudah banyak orang yang diantar Pua Leba ke Saranjana, namun belum ada satu orang pun yang melihat kotanya. “Kalau kamu mau ayo kuantar ke sana, tapi pagi saja ke sana. Kalau memang beruntung nanti bisa melihat kotanya,” ajaknya.
Kata Pua Leba warga Saranjana sama saja dengan manusia pada umumnya. Mereka makan nasi dan minum kopi, bahkan merokok juga. “Mereka belinya di kota kita juga. Tak ketahuan mereka kalau belanja karena sama saja dengan kita mukanya,” tambahnya.
Yang bikin kaget lagi, menurut ceritanya, beberapa anak dari warga Saranjana memilih sekolah di alam nyata di sekolah Kecamatan Pulau Laut Kepulauan. “Soalnya yang datang itu bapaknya dari Saranjana bilang jagakan anaknya ada sekolah di sini,” ceritanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Walau sering keluar masuk Saranjana, Pua Leba tidak pernah makan dan minum di sana, hanya jalan-jalan saja. Karena kalau sudah makan di Saranjana akan sulit balik ke alam nyata. Konon, ada warga Tanjung Lalak gara-gara makan di Saranjana, sekarang sudah tinggal di alam gaib, kawin dan ada anaknya.
Sekarang, Pua Leba sering dimintai bantuan warga untuk mencarikan barang yang hilang. Karena pria suku Mandar ini mengaku bisa meminta bantuan kepada sahabatnya di Saranjana mencarikan barang yang hilang itu.
“Dulu ada yang hilang mobilnya, saya minta tolong kawan di Saranjana. Tak lama saya dibilangin kalau mobilnya sudah dibawa ke bengkel di Batulicin. Saya telpon orang yang hilang mobilnya itu, saya suruh dia ke bengkel. Ternyata di bengkel orang-orang sudah ribut, kenapa katanya ada mobil di muka bengkel padahal tidak ada kemudinya,” cerita Pua Leba. (zal)