Semalam di Kamar 201

- Selasa, 30 Juli 2019 | 12:00 WIB

BANYAK pilihan untuk menginap di Pulau Maratua. Yang mahal dan yang paling mahal ada.  Juga yang murah dan yang paling murah juga tersedia. Tinggal bagaimana merencanakan perjalanan, apakah berangkat dengan mengatur sendiri atau dibantu biro perjalanan.

Perjalanan saya ke Maratua pekan lalu, tidak berpikir akan bermalam di mana. Kalau saja tak dapat tempat, saya bisa menumpang di rumah Pak Marsudi, teman saya yang dipercaya sebagai camat. Saya butuh jumpa dengan Pak Camat, saya ingin berbincang banyak sekitar penataan ruang di pulau terdepan itu.

Beberapa tahun terakhir terjadi kompetisi membangun resor. Baik yang ada di sepanjang pantai Maratua, maupun yang ada di sisi darat. Semua tahu, Maratua itu unik. Tanah berbatu, tapi banyak ditumbuhi pepohonan. Bahkan ada jenis pohon yang endemik, hanya ada di pulau itu.

Tak ada pilihan, di saat akan membangun fasilitas wisata, pohon tersebut harus dibersihkan. Inilah yang saya maksud, bagaimana peran Pak Camat dalam mengatur ruang tersebut. Jangan sampai banyak tumbuhan yang hilang sia-sia, dikorbankan untuk membangun rumah dengan berbagai fasilitasnya.

Juga, bagaimana intervensi Pak Camat, agar ada desain bangunan yang mencitrakan kekhasan Maratua. Sehingga, ketika melihat fasilitas bangunan, orang sudah bisa menebak, bahwa ini foto salah satu pulau wisata di Berau. Sebetulnya, itu saja yang ingin saya dapatkan dari Pak Camat. Sayangnya, beliau sedang bertugas di luar daerah, saat saya di Maratua.

Saya punya teman, namanya Pak Eeng. Tahu saya berkunjung ke Maratua, disiapkan kamar untuk bermalam di Pratasaba Resor. “Pak Sikra kalau mau menginap seminggu juga tak masalah,” kata Pak Eeng. Kalkulator saya berjalan. Lumayan juga nilainya bila sepekan. Dengan senang hati, menerima tawaran Pak Eeng.

Pratasaba itu baru dua tahun berdiri. Ada belasan karyawan yang dipekerjakan. Kamarnya juga bila tak salah, ada 30. Mulai dari kamar khusus backpacker, menengah, hingga kamar kelas bintang. Punya pantai yang lumayan panjang, yang menjadi arena tamu yang datang dengan rombongan. Juga ada dermaga panjang, yang menghubungkan tempat menginap dengan restoran. Kalau mau sarapan, jalan kaki dulu.

Standar layanan itu, hampir sama dengan semua resor yang ada. Yang sedikit beda, bagaimana mengelola lingkungan sekitar resor. Saya sempat melihat semua sudut lokasi menginap. Ada yang berada di tempat terbuka, ada pula yang ‘tersembunyi’ di balik rimbunnya pepohonan. Luar biasa konsep yang digagas. Pemiliknya, pasti sangat peduli akan lingkungan.

Mungkin kondisi ini, yang mengundang wisatawan untuk mengeksplore habis-habisan. Mungkin mereka adalah kelompok Youtuber. Semua sudut dibuat cerita menarik. Wisatawannya pun cantik-cantik asal Jerman. Andai saya pemilik resor, tentu senang sekali. Dengan begitu, tak susah payah lagi untuk promosi. Tamu yang menginap itulah sekalian menjadi promotornya.

Ada beberapa unit bangunan kayu di balik hutan Maratua. Pak Eeng menjelaskan semua tegakan yang ada. “Kita memang punya konsep untuk mempertahankan hutan yang ada,” kata Pak Eeng. Bahkan, ia mencoba untuk menanam jenis tanaman langka. “Kami menanam pohon ulin, ternyata tumbuh subur,” kata Pak Eeng.

Saat saya di Maratua, cuaca memang sedang buruk. Angin kencang terasa hingga menimbulkan bunyi yang aneh. Saya ditempatkan di kamar 201.  Lantai dua, menghadap ke laut. Terasa betul, di saat angin bertiup. Juga terlihat bagaimana ombak menggulung dan pecah di bibir pantai. Juga samar-samar terlihat Pulau Kakaban.

Karena berhadapan dengan laut langsung, kondisinya seperti itu. Tapi, bangunan yang ada di balik pohon, tak mengusik penghuninya. Inilah alasan, mengapa hutan dalam kawasan resor tetap dipertahankan. Konsep seperti itu pula yang juga dilakukan manajemen Sunsee Resor yang lokasinya di kampung Bohe Silian.

Saya memang hanya semalam di kamar 201. Tak bisa berlama-lama. Padahal ingin sekali tidak hanya semalam. Saya terkesan dengan lingkungan resor. Terkesan dengan keramahan karyawannya. Dan, juga paling terkesan dengan Chef Mika, dengan masakannya yang menggoda. Lain waktu, saya akan datang lagi. Moga-moga bisa lebih dari semalam. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X