BANJARMASIN – Ditangkapnya wasit Nurul Safarid tindakan pengaturan skor dan mendapat uang suap sebesar Rp 45 Juta mendapat respon dari sederet pemain Peseban Banjarmasin.
Pasalnya, wasit asal Kabupaten Garut ini pernah memimpin laga Peseban Banjarmasin di tahun 2017 silam.
Saat itu Peseban Banjarmasin melakoni laga di kompetisi Liga 3 zona Nasional. Tergabung di grup B bersama PSKC Cimahi, Persibo Bojonegoro dan Aceh United. Nurul Safarid memimpin laga Peseban di laga terakhir kontra Aceh United. Laga tersebut pun dimenangkan oleh Aceh United.
Salah satu eks Peseban 2016-17 Denny Indra Permana berbagi ceritanya mengenai Nurul Safarid. Awalnya Denny mengaku kaget bahwa pengadil yang sempat memimpin laga Peseban di pentas nasional itu ditangkap akibat tindakan pengaturan skor.
Saat dipimpin Nurul Safarid dua tahun silam. Denny pun masih mengingat beberapa kejanggalan dari keputusan dari Nurul.
“Saat itu laga awalnya berjalan lancar. Tapi kami merasa aneh saja saat Ia (Nurul Safarid) memimpin laga. Kami rasa Ia berlaku tak sepatutnya pengadil di lapangan saat itu,” ujar Denny.
Namun, baginya hal tersebut merupakan masa lalu. “Kemarin jadi pelajaran bagi kami. Intinya kami pernah merasakan dipimpin oleh Safarid. Kaget juga kalau memang benar Ia terlibat kasus pengaturan skor,” tambahnya.
Denny pun berharap Satgas Anti Mafia bisa terus menguak oknum yang terlibat dalam pengaturan skor di Liga Indonesia. “Ini adalah terobosan sangat baik dari kepolisian, semoga semangat memerangi mafia terua terjaga dan bisa bersih sampai ke akarnya,” tutupnya.
Komentar lain juga disampaikan kapten Peseban kala itu, Murjani. Bahkan Murjani masih ingat kekecewaan yang Ia rasakan ketika Nurul memimpin. “Saat itu banyak keputusannya yang saya nilai keliru, sampai membuat kami semua frustasi di laga tersebut,” terangnya.
Justru respon positif dilontarkan Jani (sapaan karab) kepada tim satgas anti mafia bentukan Polri. Ia menilai satgas anti mafia bekerja dengan sangat baik.
“Liga bawah seperti Liga 2 dan 3 ini memang jauh dari sorotan publik. Jadi memang kerja mereka sangat luar biasa,” kata Jani.
Bahkan Murjani berharap tim satgas bisa membongkar praktek pengaturan suap di kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia, yakni Liga 1.
“Jangan hanya oknum dari liga bawah saja. Untuk kemajuan sepak bola negeri semuanya harus diselidiki,” harapnya.(bir)