Tidak ada lagi masa kejayaan terlihat di wajah Abu Bakar. Dia menjual satu dari dua mobil angkot (taksi kuning) miliknya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Mencari penumpang yang mau naik taksi kuning di Banjarmasin seperti mencari sekrup baru dalam kotak perkakas tua.
---
Mobil angkot merek Suzuki Carry tahun 2000-an miliknya laku dijual dengan harga Rp40 juta plus trayek angkutan. Harga jual mobilnya, menurut Abu Bakar, termasuk mahal karena kondisinya masih bagus. Biasanya, kondisi bodi mobil taksi kuning yang keropos, hanya laku Rp25 juta-Rp35juta plus trayek.
Bila dibandingkan pada tahun 90-an, harga jual angkot ini jauh di bawah standar. Bayangkan saja. dulu harga mobil angkot plus trayek ratusan juta rupiah. Khusus trayek saja harganya bisa mencapai Rp30 juta.
Meski pria berusia 50 tahun ini masih menggeluti pekerjaannya sebagai sopir angkut, namun ia merasa keberadaan angkot yang sempat menjadi raja jalanan pada tahun 90-an ini bakal mati secara perlahan.
Bertambahnya kendaraan bermotor dan taksi argo yang menawarkan fasilitas dan mobil bagus, lambat-laun bakal menggilas pasaran penumpang taksi kuning.
Kondisi ini bisa dilihat di lapangan. Terminal Induk Pasar Sentra Antasari misalnya sudah lama terlihat sepi dari penumpang. Hanya ada beberapa orang tukang ojek yang terlihat santai ngobrol dengan para sopir. Menunggu penumpang yang jarang sekali mau datang.
Beberapa jurusan seperti Sungai Lulut, Banjar Raya, Jalan Gatot terlihat sudah tidak ada mobil angkot yang mengantri penumpang. Dulu kalau ingin mengantre, taksi kuning harus sesuai jalur tujuan. Sekarang, para sopir terlihat terserah saja meletakkan mobil angkotnya.
Abu Bakar sendiri memarkir angkot jurusan Kayutangi miliknya di jalur RK Ilir. Lain halnya dengan jalur Terminal Km 6, beberapa buah mobil angkot masih terlihat mengantri meski hanya tiga buah.
---------- SPLIT TEXT ----------
Para sopir yang mengantri penumpang di jalur Terminal Km 6 juga terlihat santai, mereka nampak mengutak-atik mobil memperbaiki bangku penumpang yang sudah bolong karena dimakan usia. “Sekarang sepi mas, dua atau tiga penumpang sudah berangkat,” katanya.
Taksi kuning pernah memasuki masa keemasan sebagai moda transportasi favorit ibukota Kalimantan Selatan. Pada tahun 90-an, mereka adalah “raja jalanan”.
“Jalanan dulu menguning mas, dulu jumlah taksi kuning di Banjarmasin ribuan unit,” ucap pria bertubuh kurus ini.
Hampir setiap jalan protokol di Kota Banjarmasin banyak hilir mudik mobil angkot yang mengantar penumpang maupun yang menaikan penumpang di pinggir jalan. Saking ramainya, warga rela mengantri dan berdesak-desakan hanya untuk berebut menaiki sopir angkot.
Dulu trayek tujuan Terminal Pasar Sentra Antasari (Banjarmasin) - Pal 6 (Terminal Km 6), menjadi salah satu trayek gemuk, alias paling banyak penumpang. Mobil angkot yang dioperasikan di trayek itu saja berjumlah 400 unit. Bayangkan dengan jumlah taksi kuning sebanyak itu para penumpang tetap antri dan rela berdesak-desakan naik mobil angkot yang jumlah penumpangnya melebihi kapasitas.
Mobil angkot yang rata-rata jenis suzuki Carry 110 tahun 80-90-an ini kapasitasnya hanya 11 orang. Tapi oleh pemilik dan sopir angkot ditambah kursi kayu di depan pintu masuk mobil sehingga jumlah penumpangnya bisa mencapai 14 orang.
---------- SPLIT TEXT ----------
Ongkos angkot hanya Rp3.000 per orang untuk satu tujuan. Bila dikalikan dengan jumlah penumpang 14 orang maka penghasilan yang didapat sopir angkut sekitar Rp42.000. Kalau sehari bisa 10 kali bolak-balik mengantar penumpang maka total uang yang didapat sekitar Rp420.000.
Bila dikurangi ongkos bensin Rp100.000 ditambah sewa mobil Rp100.000 (bagi sopir yang menyewa angkot), maka penghasilan yang bisa dibawa pulang sopir sekitar Rp220.000. Total sebulan penghasilan yang diperoleh sopir angkot bisa mencapai Rp6.600.000.
Beberapa saat terdiam, wajah Abu Bakar yang tadinya semangat langsung berubah mana kala dirinya mengingat masa kejayaannya telah hilang. Dengan suara lemah, pria yang mempunyai dua anak ini mengatakan, di tengah serbuan mobil pribadi, sepeda motor, dan munculnya angkutan lain yang menawarkan fasilitas yang nyaman kepada penumpang, bisnis angkotnya terlihat sangat rentan kolaps.
Beban biaya operasional ditambah makin berkurangnya jumlah penumpang membuat bisnis angkot ini makin berat. Dulu pendapatan sopir jutaan rupiah sekarang terjun bebas menjadi ratusan ribu rupiah.
Kalau lagi apes, untuk mengembalikan uang bensin saja sulit. Dampak penurunan penumpang ini makin terasa ketika banyak perusahaan plywood gulung tikar dan banyak buruh pabrik dirumahkan (PHK). Meski ongkos angkot naik menjadi Rp5.000 untuk satu kali tujuan, tetap tidak bisa menambah penghasilan para sopir angkot karena jumlah penumpang yang naik angkot terus berkurang.
---------- SPLIT TEXT ----------
Contoh untuk jurusan Terminal Pasar Sentar Antasari – Kayutangi, penumpang yang naik 5 orang, bila dikalikan Rp5.000 maka uang yang didapat Rp25.000. Penghasilan ini cukup untuk membeli besin saja. “Pokoknya menangis tu pang kami wayah ne. Bila kena jalur sepi lebih baik tidak menarik dari pada rugi,” ucapnya.
Kondisi memprihatinkan juga ditunjukan Agus, sopir angkut yang menyewa mobil angkot dari pengusaha angkot. Ia terpaksa tetap bertahan menjadi sopir taksi kuning karena sulitnya sekarang mencari pekerjaan. Pria yang sudah 15 tahun menjadi sopir angkot ini menyadari bahwa bahwa pekerjaannya ini tidak akan bisa membawa kehidupan ekonomi rumah tangga menjadi lebih sejahtera.
Lalu kenapa sopir angkot masih bisa bertahan sampai saat ini meski jumlah penumpangnya terus berkurang?
Abu Bakar mengatakan karena mobil angkot masih dibutuhkan masyarakat meski fungsinya sekarang berubah menjadi mobil borongan. Mobil borongan artinya penumpang mencarter atau menyewa mobil untuk digunakan mengantar penumpang ke tempat tujuan yang mereka inginkan. Khusus di dalam kota Banjarmasin, para sopir mematok harga sekitar Rp100.000 untuk satu kali borong. Kalau jaraknya jauh atau di luar kota seperti Pelampaian (Kabupaten Banjar), sewa angkotnya bisa mencapai Rp300.000.
---------- SPLIT TEXT ----------
Penghasilan dari mobil borongan inilah yang membuat para sopir angkot yang menyewa mobil angkot dari para pengusaha angkot masih bisa bertahan untuk membayar sewa mobil. “Sewa mobil sekarang Rp900 ribu per bulan. Kalau penghasilan Rp1.500.000 per bulan maka masih ada sisa Rp600 ribu,” ujarnya.
Ada yang bertahan, ada juga yang berpindah profesi atau mencari pekerjaaan lain untuk memenuhi kebutuhan yang lebih baik meksi tetap menjadi sopir. Husni, salah seorang sopir angkot yang berpindah profesi sebagai sopir taksi argo merasakan bagaimana pilunya menjadi sopir angkot dengan beban menghidupi anak dan isteri.
Sejak memutuskan berhenti sebagai sopir angkot, ia sempat menjadi sopir truk, sopir tangki, dan sopir bandara. Perubahan hidupnya mulai terasa ketika dirinya menjadi sopir taksi argo di Banjar Taxi. Empat tahun menjadi sopir taksi argo, Husni sudah bisa membeli sepeda motor meski kredit dan menambung.
“Waktu menjadi sopir angkot, hidupnya pas-pasan. Tapi sekarang, Alhamdulillah kehidupannya sekarang lebih baik dari pada dulu waktu jadi sopir angkot,” ujarnya yang mengatakan apapun pekerjaan yang dilokoni seseorang kalau ulet dan giat pasti ada saja rezekinya asal niat dan doanya untuk keluarga. (hni/yn/ran)