BANJARMASIN - Memboyong medali di ajang empat tahunan, PON, Jabar, September mendatang. Menjadi impian setiap cabor yang membawa nama Kalsel di kancah nasional. Jutaan mata akan tertuju kepada mereka yang bermain dengan gemilang, juga sportif. Ditambah medali digenggaman sebagai pencapain, serta pembuktian setelah pemusatan latihan.
Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Kalsel, tidak hanya hanyut dalam pemusatan latihan. Mereka juga wajib memperhatikan nasib atlet dilapangan. Latihan berat dan rutin setiap hari tidak hanya berdampak dengan menurunnya stamina, juga guncangan psikologi.
Pelatih sepak takraw Kalsel, M Hanafi menyadari akan hal itu, dia berencana mengajukan kepada Pengprov PSTI Kalsel, untuk mendatangkan psikolog guna pemeriksaan psikologis atlet. “Kami cukup sebagai pelatih saja. Psikolog memang yang berkompeten,” ujar Hanafi. Pelatih asal Surabaya ini khawatir, kalau atlet besutannya kurang semangat, akibat latihan rutin yang berat setiap hari. “Harus diberi motivasi,” sambungnya.
Sementara itu, saat pemusatan latihan di GOR Transito, Banjarmasin, (14/3). Atlet beregu sepak takraw Kalsel ini, kadang terbersit gundah yang kelihatan dari raut wajah. Apalagi kalau latihan lebih dari dua jam, mereka terlihat letih dan butuh motivasi eksternal. Mendatangkan psikolog adalah keputusan cemerlang, agar motivasi dan keluhan atlet terkordinasi.
---------- SPLIT TEXT ----------
Karena itu, Hanafi dan Muhdianor sebagai payung dilapangan bagi anak asuhnya ini. Dalam waktu dekat segera berdiskusi dengan Pengprov PSTI Kalsel. Saatnya ditanyakan kapan waktu pengajuan. Pelatih beregu sepak takraw Kalsel ini belum memastikan. Mereka juga belum ada pembicaraan khusus dengan Pengprov PSTI Kalsel. “Yang jelas dalam waktu dekat,” katanya.
Saat ini, skill dan teknik para atlet sepak takraw Kalsel memang sudah aman. Pelatih tinggal membehani daya tahan atlet yang masih kurang saat dilakukan tes fisik, pekan lalu. (mr-145/arh)