Menjadi dokter di rumah sakit jiwa tentu banyak kejadian yang tidak dapat dilupakan. Dokter Sherly Limantara menceritakan pengalamannya bekerja di RSJ Sambang Lihum selama 15 tahun.
--------------------------------------------------
Mengenakan jas dokter berwarna putih dengan baju bermotif batik, Sherly tersenyum ramah ketika didatangi wartawan. Kebetulan saat itu jam istirahat, dokter lulusan Universitas Airlangga (UNAIR) tersebut mengajak berbincang di ruangan kerjanya.
Di ruangan berwarna jingga itu Sherly mulai menceritakan pengalamannya selama bekerja sebagai dokter jiwa. Sherly memang bekerja di rumah sakit jiwa sejak tahun 2006, ketika itu RSJ Sambang Lihum masih sebuah koloni orang sakit jiwa (KOSJ) yang berfungsi sebagai tempat penampungan orang sakit jiwa di Desa Tamban Bangun, Kecamatan Tamban Kabupaten Barito Kuala. Sehari-hari, ia menggunakan alat transportasi kelotok ke rumah sakit.
Sherly mengatakan tak jarang dirinya mendapatkan tendangan dari pasien, ketika ingin memeriksa. Pasien biasanya saat dilihat diam saja, tapi ketika dihampiri tiba-tiba saja memberontak dan mengamuk," ungkapnya.
Tapi amukan pasien sudah ia anggap biasa, yang paling tidak bisa dilupakan ialah ketika menerima pasien dengan kondisi kurus dan kotor akibat kurang dirawat oleh keluarganya. Pihak rumah sakit membutuhkan waktu dua hari untuk membersihkannya. "Itu biasanya pasien yang didapatkan ketika terlantar di jalanan, dan juga pasien bekas dipasung oleh keluarganya," kata Sherly.
---------- SPLIT TEXT ----------
Terkadang ia merasa miris melihat kondisi para pasiennya, karena terlihat kurus dan lusuh. "Kasihan saya melihat, sepintas fisik mereka seperti kita tapi tidak bisa melakukan apa-apa," ujarnya.
Disinggung mengenai kondisi pasien yang sulit ditangani, wanita berkacamata tersebut mengungkapkan pasien dengan kasus berbarengan susah untuk ditangani. Misalkan pasien yang depresi, dibarengi dengan memiliki riwayat penyakit epilepsi. "Susah kalau ada dua penyakit, ketika kita beri obat kejang tapi dia akan gelisah. Begitu juga sebaliknya," tuturnya.
Ia mengharapkan, tidak ada lagi warga Banua yang mengalami penyakit jiwa dengan kondisi berat. Karena hingga kini masih banyak pasien yang berdatangan di RSJ Sambang Lihum. "Mudah-mudahan kasusnya menurun, kasihan kalau melihat mereka," tutupnya. (ris/ran)