PROKAL.CO,
MUHAMMAD Yusuf Ateh memberikan sejumlah catatan dalam SAKIP Award 2018. Yusuf adalah Deputi Bidang Reformasi, Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan KemenPAN-RB. Dia menyebut ada beberapa masalah kambuhan mengapa anggaran menjadi boros.
"Pertama, terbiasa bekerja tanpa berorientasi kepada hasil. Anggaran sudah keburu habis, tapi hasilnya tak terukur. Karena sedari awal ukuran-ukuran keberhasilannya tidak jelas," kata Yusuf.
Inilah saatnya bagi kepala daerah untuk meninggalkan pola pikir lama. Yang menjadikan serapan anggaran sebagai satu-satunya acuan kinerja.
Menjelang akhir tahun, jika anggaran terserap habis, artinya kinerja sudah oke. Sementara jika silpa (sisa lebih perhitungan anggaran) banyak tersisa, maka kinerjanya dicap jelek.
Masalah lain, kecenderungan menyusun program yang melenceng dari skala prioritas pembangunan daerah.
"Banyak rincian kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan pembangunan," imbuhnya.