BANUA PEDIA: Legenda Nini Randa, Nenek Moyang Parentengan Kampung Bunga Bincau

- Jumat, 15 Februari 2019 | 11:44 WIB

Penjual aneka bunga segar di depan Pasar Rakyat Kayu Tangi, Kota Martapura tersenyum. Jumat membawa ceria bagi mereka, karena hari ini biasanya banyak pembeli akan menghampiri.

-------------------------------------------

Muhammad Amin, Martapura.

-------------------------------------------

Rangkaian bunga bagi masyarakat Banjar adalah pernak pernik “wajib” dalam berbagai acara keagamaan dan tradisi kemasyarakatan.

Mulai dari peringatan hari besar keagamaan seperti maulid dan isra mikraj, pernikahan, tujuhbulanan, tasmiyah, khataman, sampai kematian.

Bahkan setelah dimakamkan, rangkaian bunga senantiasa menyertai keluarga yang akan berziarah. Sehingga tidak salah, bila setiap Jumat kebutuhan meningkat, stok pun ditambah dua kali lipat.

Martapura, selama ini dikenal sebagai pemasok utama bunga yang kemudian menyebar ke beberapa daerah di Kalsel. Mulai dari bunga segarnya, sampai yang sudah berupa rangkaian, biasa disebut kambang barenteng dan kambang sarai.

Acil Ati, seorang penjual bunga yang ditemui Radar Banjarmasin, Jumat (15/2) kemarin menjelaskan, kambang barenteng adalah rangkaian bunga segar aneka jenis, biasanya terdiri dari melati, mawar, kenanga, dan kembang kertas. Dirangkai dengan tali serat dari daun kelapa atau gadang (batang) pisang.

“Meski sekarang lebih banyak yang menggunakan tali rafia,” ungkapnya.

Satu kupak (sepotong gadang pisang berisi 10 rangkaian bunga) biasa dijual seharga Rp5 ribu. Tapi saat momen tertentu, bisa mendadak naik. Bisa karena permintaan tinggi, atau pasokan yang kurang.

“Bila stok kurang dan musim lagi buruk, paling isinya diganti dengan bunga yang lain, seperti kaca piring atau kembang kuning,” terang Acil Ati.

Beda lagi dengan kambang sarai, timpal Acil Hamidah, penjual bunga dari Desa Bincau, Martapura. Harganya lebih mahal dan pembuatannya sangat rumit.

Rangkaian kambang sarai didominasi melati. Dibentuk sesuai keinginan pembeli. Tambah besar, harganya makin tinggi. Mulai Rp50 ribu sampai Rp500 ribu, bahkan lebih.

“Kambang sarai ini khas dan milik orang Martapura. Harganya bervariasi, sesuai permintaan. Lihat saja tiap acara maulid, biasanya jadi hiasan,” terang Hamidah yang sudah 18 tahun berjualan kembang.

Halaman:

Editor: aqsha-Aqsha Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X