Tak peduli tua-muda, kaya-miskin, tradisi baarak penganten di Ulu Benteng, Marabahan, masih menggunakan tradisi lama. Para penganten diarak keliling kampung menggunakan naga.
-----------------------------------------------
AHMAD MUBARAK, Marabahan
-----------------------------------------------
Bagi kalian yang ingin mempersunting warga Ulu Benteng, siap-siap diarak keliling kampung menggunakan naga. Naga?
Naga yang digunakan untuk baarak penganten di Ulu Benteng adalah rangkaian kayu dan bambu yang dihiasi berbagai kain untuk membentuk naga.
Untuk membuat naga, sangat mudah bagi warga setempat. Warga Ulu Benteng sangat ahli untuk membuat naga. Yang dibuat hanya badan naga. Sedangkan bagian kepala dipinjam kepada pemiliknya.
Arak-arakan menggunakan naga, biasanya diiringi dengan tabuhan hadrah. Naga yang diarak bersama penganten ditopang puluhan warga. Warga secara bersama-sama mengangkat naga sepanjang jalan.
Saat diarak warga inilah, penganten yang menaiki naga harus siap mental dan tenaga yang ekstra. Pasalnya warga yang mengikat naga, bisa kesurupan menggoyang-goyangkan naga secara brutal. Bahkan tidak jarang penganten hampir terjatuh dari tempat duduknya.
Ada lelucon yang umum di sana. Karena kerasnya menggoyang naga, tidak jarang malam pertama, penganten harus ke tukang urut, karena sakit pinggang.
"Saat diarak harus pegangan yang kuat, naga seperti odong-odong tetapi dengan gerakan yang brutal," ujar Randi, warga Ulu Benteng yang pernah diarak menggunakan naga.
Randi menambahkan tidak bisa menolak keinginan orang tuanya untuk bearak penganten menggunakan naga. Semua warga di Ulu Benteng juga sama.
"Namanya sudah menjadi tradisi, pasti sudah melekat di masyarakat," ujarnya.
Masih eksisnya baarak naga membuat penulis penasaran asal usul naga ini. Penulis mencoba menemui pemilik kepala naga di Ulu Benteng.
Kepala naga ini di miliki Mastoni (80),wanita tetua masyarakat Ulu Benteng RT10 Kelurahan Marabahan. Mastoni menceritakan asal usul tradisi baarak naga.