Jalan 17 Ribu Langkah Sehari, Makan Nasi Lemak Tiap Hari

- Selasa, 19 Maret 2019 | 15:20 WIB

Selama perjalanan di Singapura bersama Chairman Kaltim Post Group (KPG) Zainal Muttaqin, perjalanan ke sejumlah tujuan banyak menggunakan MRT. Alasannya sederhana, murah, dekat dengan hotel dan menyehatkan.

Ditulis: TATAS DWI UTAMA, Singapura

 “Naik MRT ini supaya kita tahu kalau suatu hari mau ke sini lagi membawa keluarga, dan membuat kita sehat karena harus jalan kaki naik dan turun di tiap stasiun,” ujarnya.

Memang benar apa yang dikatakan Pak Zam, sapaan akrab Zainal, bahwa jalan-jalan di Singapura apalagi menggunakan MRT membuat kita sehat. Pak Zam menggunakan jam tangan pintar yang terhubung ke HP miliknya. Selama tiga hari di sana, tercatat rata-rata kami jalan 17 ribu langkah per hari. Bahkan di hari terakhir, kami mampu jalan lebih dari 20 ribu langkah per hari.

“Saya jamin ini jalan kaki terpanjang kalian,” celetuk Pak Zam kepada kami.

Kami berangkat berenam yakni penulis mewakili Radar Banjarmasin, Rohansyah mewakili Kalteng Pos, Nurismi mewakili Radar Tarakan, Muhammad Rizki dan Nofiyatul Chalimah mewakili Kaltim Post.

Kami menginap di Hotel Supreme, Kramat Road kawasan Orchad. Ada dua stasiun MRT yang bisa dipilih jika ingin ke kawasan ini yakni melalui Dhoby Ghaut atau Somerset. Dari dua stasiun inilah selama 3 hari kami melakukan perjanalan keliling Singapura mulai dari Universal Studio di Sentosa turun di Harbour Front Station, Marina Bay Sands, Bugis Village, Mustafa di Little India dan kawasan terkenal lainnya,

MRT Singapura memiliki lima jalur lintasan utama. Ada 113 stasiun dengan panjang rel mencapai 152,9 kilometer.

Jangan bayangkan turun dari stasiun, bisa langsung ke lokasi yang dituju. Misalnya saat ingin ke Mustafa, pusat belanja apa saja yang buka 24 jam ini, penulis harus turun dulu di Stasiun MRT Little India dan kemudian berjalan kaki sekitar 15 menit untuk sampai ke tujuan. Inilah salah satu faktor yang membuat kita banyak jalan kaki saat ke Singapura.

“Sering jalan jantung kita jadi sehat,” ucap Pak Zam.

Betul juga, selama di Singapura, penulis merasa makan cukup banyak. Namun badan tetap terasa ringan karena setiap hari bisa bakar kalori dengan jalan kaki.

Bicara soal makanan, bagi Anda yang muslim tak perlu khawatir. Di Singapura banyak ditemui restoran halal. Kebanyakan jenis makanannya adalah makanan India dan Melayu. Cari aman, penulis memilih makan nasi lemak tiap hari di beberapa restoran yang berbeda. Jenis makanan ini selain murah juga bisa dipastikan halalnya karena lauknya hanya ayam goreng, telur dan ikan kering.

Selama di Singapura setidaknya ada tiga resto halal yang mudah ditemui dan bisa menjadi pilihan. Di kawasan Orchad ada dua resto yakni Ali Ming dan Al Madinah. Lokasi tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Khusus Al Madinah buka 24 jam. Resto halal lain yang juga bisa menjadi pilihan adalah Encik Tan. Resto ini punya banyak cabang di Singapura. Penulis mencoba makan di Encik Tan yang ada di Vivo City, Sentosa.

Di beberapa tempat sebenarnya juga banyak pilihan resto halal. Seperti Rasapura Masters di Marina Bay Sands, namun menurut penulis suasananya kurang ‘halal’ karena lokasinya bersebelahan dengan resto lain yang menyediakan daging babi.

 

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X