UIN Antasari Bjm: Akreditasi B pun Alhamdulillah

- Jumat, 22 Maret 2019 | 09:42 WIB

BANJARMASIN - Akhir tahun nanti, Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari mengajukan borang akreditasi. Sementara Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) memperketat kriteria penilaian. Fakta ini memaksa UIN untuk bersikap realistis. Diganjar akreditasi B pun harus disyukuri.

"Menghadapi sembilan kriteria itu, posisi kami benar-benar sebagai pemula. Belum ada contoh sukses. Tak ada kampus yang bisa dituju untuk studi banding," kata Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Antasari, Husnul Yaqin kepada Radar Banjarmasin, kemarin (21/3).

Dulu BAN-PT menggunakan tujuh kriteria. Kini ditambah menjadi sembilan kriteria. Sebelum perubahan itu, Universitas Lambung Mangkurat meraih akreditasi A. "Berurusan dengan kriteria lama, ULM memang beruntung," imbuhnya.

Hasil penilaian juga berubah. Dulu kampus diganjar akreditasi A, B, dan C. Kini diganti menjadi akreditasi Unggul, Baik, dan Baik Sekali. Tapi istilah baru itu belum terlalu populer.

Saat ini UIN menyandang akreditasi B. Yang kedaluwarsa pada tanggal 27 Juni 2020. Untuk pembaruan, pengajuan borang wajib diajukan enam bulan sebelumnya. Atau, paling lambat sudah didaftarkan pada bulan Desember nanti.

Apa modal yang sudah dimiliki UIN? Kampus Islam terbesar di Kalsel itu mengajar 12 ribu mahasiswa. Memiliki 86 dosen S3, plus 13 profesor. Dari 36 prodi, 27 prodi sudah terakreditasi B dan baru satu prodi yang terakreditasi A.

Sejumlah dosen juga akan menempuh program doktoral di luar negeri. Dikirim ke berbagai kampus di Belanda, Australia, Prancis dan Amerika Serikat. Ini penting karena BAN-PT menuntut kampus go internasional.

Ditanya strategi, LPM menggelar simulasi beruntun. Asesor internal menghitung skor awal dan akhir. Menampilkan gambaran, mana aspek yang rentah dan harus dibenahi. Dan mana aspek yang sudah bagus serta harus dipertahankan. "Dari hasil simulasi terakhir, empat prodi sudah layak diganjar A," tukasnya semringah.

Dia menargetkan, sebelum pergantian tahun, 20 persen prodi di UIN sudah terakreditasi A. Ini target realistis. Mengingat akreditasi A secara universitas menuntut minimal 50 persen prodi telah terakreditasi A.

"Dengan kriteria lama, optimisme kami memang membumbung tinggi. Tapi dengan kriteria baru ini, harus diakui, mencapai 50 persen itu berat," timpal Sekretaris LPM UIN Antasari, Ridha Darmawaty.

Namun, Ridha memastikan situasi UIN bakal semakin membaik. Hampir 80 hektare lahan di Banjarbaru telah dimatangkan. Pembangunan kampus baru sebentar lagi dimulai. "Status tanahnya sudah clean and clear," sebutnya.

Membangun kampus baru merupakan pilihan logis. Standar sarana perkuliahan pada zaman sekarang jelas lebih canggih. "Lebih mudah mendesain kampus dari sebidang tanah kosong. Ketimbang merombak bangunan lama," terangnya.

Dicecar tentang kelemahan UIN, dengan jujur Ridha mengakui, rasio jumlah dosen dan mahasiswa belum ideal. "Peminat beberapa prodi membludak, tapi malah menjadi bumerang. Lantaran masih kekurangan dosen. Rektor sudah berkomitmen untuk terus merekrut dosen baru," ujarnya.

Kembali pada tuntutan serba internasional, jalan menuju kesana telah dirintis. Contoh, memperluas tujuan kuliah kerja nyata (KKN). Tidak melulu mendatangi desa-desa di pelosok Banua. "Ada yang sudah KKN ke Yogyakarta. Bahkan dikirim ke Malaysia dan Thailand," kisahnya.

UIN juga dituntut membuka diri terhadap kedatangan mahasiswa dan dosen asing. Sejumlah dosen tamu dari Amerika Serikat, Finlandia, dan Maroko pernah mengajar di sini. "Sayangnya belum ada yang berstatus definitif," ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X