Kala Jeruji Besi Tak Menyurutkan Niat untuk Belajar

- Jumat, 22 Maret 2019 | 14:50 WIB

Pendidikan adalah hak semua warga negara.  Tak terkecuali mereka yang sedang mendekam di penjara.

MUHAMMAD RIFANI, Banjarbaru

Dari luar, dinding beton dan pagar besi berdiri kokoh. Membuat Lembaga Pemasyarakatan acap kali dikesankan keras dan kehidupan yang gelap. Semua narapidana seperti hanya merenungi nasib dan   menunggu bebas.

Kenyataannya, stigma itu ternyata salah besar. Kehidupan di dalam penjara menggeliat. AKtivitas mereka juga sehat. Salah satunya adalah menempuh pendidikan. Setidaknya itu yang dilihat penulis saat mengunjungi Lapas Kelas III Banjarbaru, kemarin.

Beralaskan lantai dan berumpu meja kayu kecil, ratusan napi mengikuti kelas pembelajaran paket A, B dan C. Lumayan antusiasnya. Ada  126 napi  yang dalam aula gedung. Mereka diajar oleh puluhan guru utusan sanggar kegiatan belajar (SKB) di Kota Banjarbaru. Sepekan, mereka masuk selama dua kali pertemuan. Rabu dan Kamis.

Ketika penulis berkunjung,  jadwal belajar agak berbeda. Biasanya dimulai pukul 11.00 Wita. Kemarin (20/3),  dimulai pukul 14.00 Wita. Lantaran ada agenda lain dan jadwal terpaksa disusun ulang.

Ratusan Napi ini terbagi beberapa kelompok. Ada yang masih di paket A; setara SD. Paket B; Setara SMP. Terakhir paket C; Setara SMA.

Layaknya proses mengajar pada umumnya. Ada alat tulis yang disediakan. Papan tulis juga terpampang. Bedanya, penampilan mereka tak seragam. Ada yang mengenakan kaos hingga celana pendek. Maklum ini penjara.

Paket A jadi yang paling menyita perhatian penulis. Diikuti oleh 26 siswa yang mayoritasnya sudah cukup dewasa.  Mereka belajar membaca, menulis dan menghitung.  

 Menurut informasi pendamping guru dari SKB  Disdik Kota Banjarbaru yang mengajar, beberapa napi memang tak mengenal cara menulis dan membaca. Mereka buta aksara.

"Sejak kurang lebih satu tahun diajare, Alhamdulillah sudah ada yang lulus dan dapat ijazah. Khusus di Paket A ini, ada enam orang yang lanjut ke Paket B," kata Koordinator Paket A SKB Banjarbaru, Resa Riqani bercerita.

Bagi Resa, mengajar para napi tak seperti yang dipikirkan orang. Tak ada kesan buruk. Bahkan napi serius belajar. Mereka relative mudah memahami pelajaran. "Mereka lebih ramah, santun dan hormat pada pengajar," serunya.

Satu kelas kata Resa biasa diajar paling sedikit empat guru. Maklum cara mengajarnya tidak bisa disamakan dengan sekolah formal. "Durasi satu kelasnya kurang lebih dua jam."

Mengajar di Lapas tak harus dibedakan. Karena memberikan ilmu dan pelajaran ke Napi, ucapnya, punya manfaat baik. Menyiapkan modal penting ketika mereka kembali ke masyarakat. "Agar teman-teman di sini setelah bebas ada perubahan diri. Bisa menjalani hidup yang lebih baik. Dapat ijazah dan bisa digunakan. Inilah tujuannya," jujurnya.

Memang, banyak napi yang putus sekolah. Alasannya beragam. Faktor ekonomi, keluarga hingga urusan lain. Tak ayal, selama di tahanan, mereka mengambil kesempatan untuk kembali belajar. 

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelanggar Perda Ramadan di HSS Turun Drastis

Selasa, 16 April 2024 | 14:40 WIB

Investor Masuk, Orientasi PAM Bandarmasih Berubah?

Senin, 15 April 2024 | 17:00 WIB

Liburan di HST, Wisata Air Jadi Favorit Pengunjung

Senin, 15 April 2024 | 14:00 WIB
X