Kapolda Kalsel: Masyarakat Diteror Politik Identitas dan Hoax

- Sabtu, 23 Maret 2019 | 10:19 WIB

BANJARMASIN - Kapolda Kalsel, Irjen Pol Yazid Fanani menyebut kebangkitan politik identitas dan semburan berita bohong sebagai ancaman utama Pemilu 2019.

Dia menegaskan, aparat bakal bersikap serius. Bahkan tak ragu bertindak keras demi mengamankan Pileg dan Pilpres.

"Ingat, pemilu tak hanya penting bagi masa depan bangsa. Tapi juga bakal ditonton dunia internasional. Sekarang, situasi keamanan menjadi rawan akibat aksi politik identitas. Ditambah hoax yang berhamburan di media sosial," ungkap Yazid.

Dia tak percaya jika penyebaran hoax itu hanya lantaran keisengan netizen. Dibaliknya pasti ada tujuan politis yang hendak diraih. Yakni mengalahkan lawan politik.  Dia menyayangkan ketika cara-cara tak halal pun ditempuh demi memenangkan pemilu.

"Dampaknya besar, persatuan dirusak. Demokrasi menjadi tidak sehat," imbuhnya.

Sama halnya dengan politik identitas. Apalagi ketika sudah menyentuh ranah paling sensitif: agama. "Isu SARA malah dijadikan bagian strategi pemenangan pemilu. Menjadikan pemilih tidak rasional. Politik identitas maupun hoax telah menjadi teror psikologis bagi masyarakat," tukasnya.

Yazid mengutarakan keresahan itu dalam apel gelar pasukan Operasi Mantap Brata Intan di Taman Kamboja, Jalan Anang Adenansi, kemarin (22/3) pagi. Apel ini digelar secara masif dan serentak di semua daerah di Indonesia.

Tujuannya, agar bisa ditonton masyarakat luas. "Kami ingin meyakinkan warga, bahwa TNI dan Polri itu kompak dan solid. Bahwa kami serius dalam mengamankan pemilu. Agar warga memperoleh rasa aman," ujarnya.

Seusai gelar pasukan, Yazid menyimak paparan taktik pengamanan ibukota provinsi oleh Kapolresta Banjarmasin, Kombes Pol Sumarto. Lalu menonton simulasi pengamanan yang diikuti personel Polri dan TNI.

Skenarionya meliputi keributan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Serbuan brutal oleh ratusan pengunjuk rasa ke gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penjarahan kota. Hingga serangan teroris ke objek vital negara.

Simulasi itu terasa mencekam berkat aksi bela diri, asap gas air mata, anjing menyalak, semburan meriam air, desingan peluru, hingga dentuman bom. Bak film eksyen. Apakah simulasi itu tidak terlampau berlebihan? Bagi Yazid tidak.

"Saya tidak mau meremehkan situasi. Semua daerah di Kalsel harus dipandang rawan. Dan personel harus selalu siap menghadapi skenario terburuk," tegasnya.

Yazid menyebutkan, 4.449 personel gabungan dari TNI dan Polri akan dikerahkan guna mengamankan pemilu di Banua. Jumlah yang besar sekali.

Terakhir, dia kembali menekankan tentang pentingnya netralitas TNI dan Polri. "Masa netralitas kami masih diragukan? Kami netral! Silakan anggota mencoblos, tapi setelah menginjak masa pensiun," pungkasnya. (fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X