BANJARMASIN -- Siapa sangka daun gelinggang yang dulu hanya dikenal sebagai tanaman untuk mengobati panu,ternyata kini menjadi komoditas ekspor Kalsel dengan tujuan negeri Sakura.
Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Kalsel terus memacu ekspor gelinggang ini, karena potensinya cukup besar untuk peningkatan ekspor Kalsel.
Sujarwanto Kepala Pusat Kepatuhan kerjasama dan informasi Perkarantinaan Badan Karantina Pertanian menjelaskan, secara frekuensi pada kurun waktu tiga tahun terakhir frekuensi ekspor daun gelinggang ke Jepang mengalami peningkatan, dengan jumlah yang fluktuatif. Masing-masing di tahun 2016 sebanyak 19 kali dengan jumlah 174 Ton, tahun 2017 frekuensi meningkat menjadi 34 kali dengan jumlah 123 Ton, dan tahun 2018 sebanyak 43 kali dengan jumlah 167 Ton. Sementara di tiga bulan pertama tahun 2019, daun gelinggang yang diekspor sudah 16 kali dengan jumlah 40 ton dengan nilai Rp3 Milyar.
Saat ini baru ada satu perusahaan, PT. Sarikaya Sega Utama, yang mengekspor daun gelinggang ini di Indonesia. Komoditas ini di ekspor ke Jepang sebagai bahan baku obat herbal, karena daun gelinggang terkenal memiliki banyak manfaat yaitu untuk menyembuhkan penyakit kudis, malaria, sariawan, dan obat pencahar, tambahnya.
Drh Achmad Gozali Kepala Balai Karantina Kalsel menambahkan,kini daun gelinggang menjadi komoditas ekpor masa depan, karena tidak hanya Jepang yang menjadi peminat daun gelinggang ini, tapi juga negara lain seperti Taiwan, Korea dan Cina.
Santoso owner PT Sarikaya Sega Utama mengaku, Jepang menjadi pasar terbesar untuk daun gelinggang dan Indonesia menjadi pemasok terbesar, setelah itu disusul Malaysia dan Thailand.
"Kami sudah mulai ekspor daun gelinggang sejak 2004, namun dalam jumlah sedikit dan baru sekarang bisa ekspor ratusan ton dalam beberapa tahun terakhir ini," pungkasnya.(sya/ema)