MANAGED BY:
SENIN
04 DESEMBER
BANUA | HUKUM & PERISTIWA | BISNIS | RADAR MUDA | FEATURE | SPORT | RAGAM INFO | PROKALTORIAL | FEMALE

FEATURE

Sabtu, 26 Maret 2016 11:12
Geliat Bisnis di Pasar Ulin Raya, Hanya Ramai Sampai Tahun Ketiga
SEPI PEMBELI: Kondisi Pasar Ulin Raya saat ini sepi pembeli. Di sisi lain retribusi yang dibebankan kepada pedagang dinilai terlalu mahal.

Keinginan pedagang Pasar Ulin Raya agar Pemko Banjarbaru meringankan tagihan retribusi sepertinya bukan tanpa alasan. Ini terlihat saat wartawan Koran ini menelusuri pasar tersebut, Kamis (24/3) kemarin.

---------------------------------------------

TATAS DWI UTAMA, Banjarbaru

---------------------------------------------

Kondisi pasar memang sepi seperti yang dituturkan perwakilan pedagang kepada Ketua DPRD AR Iwansyah. Sama seperti pasar lainnya, Pasar Ulin Raya juga dilengkapi lorong-lorong sebagai akses jalan antarkios. Saat menelusuri lorong demi lorong, terlihat hanya pemandangan pedagang sedang duduk di dekat kiosnya. Hanya terlihat beberapa pembeli yang bertransaksi dengan pedagang.

Salah seorang pedagang bernama Irhamni menuturkan, Pasar Ulin Raya memang sempat ramai namun itu hanya berlangsung sampai tahun ketiga pasar dibangun. Pasar Ulin Raya sendiri sudah mulai difungsikan pada 2009 lalu. Para pedagangnya berasal dari pindahan Pasar Kamaratih.

“Ramainya hanya sampai tahun 2012 dan 2013, setelah itu sudah mulai sepi sampai sekarang,” ungkapnya.

Irhamni terbilang pedagang senior. Ia sudah mulai berjualan sejak di Pasar Kamaratih tahun 2002. Di Pasar Ulin Raya ia juga berjualan sejak pasar dibangun. Sehari-hari, Irhamni berjualan perlengkapan bayi dan anak-anak. Hampir satu jam wartawan koran ini berbincang, tak satu pun pembeli yang menghampiri toko Irhamni. “Ya begini kondisinya mas, pian bisa melihat sendiri,” ucapnya.

Irhamni sendiri menyewa kios ukuran 3 x 4 dengan biaya Rp252 ribu per bulan. Ia menilai harga itu kemahalan. Ia ingin uang retribusi per bulan Rp84 ribu sama seperti tuntutan pedagang lainnya.

---------- SPLIT TEXT ----------

“Keuntungan kami per bulan paling sekarang tidak sampai dua juta, tentu kalau dipotong untuk retribusi kami jelas nombok untuk keperluan sehari-hari,” paparnya.

Tahun 2012, Irhamni mengaku keuntungannya bisa mencapai lebih dari Rp3 juta. Namun seiring berjalannya waktu keuntungan terus menurun.

“Ya kami inginkan keadilan, masa pasar di Banjarbaru dan Martapura saja bisa dibawah 100 ribu sewanya, kami yang hanya kelas pasar kecamatan kok mahal sekali,” cetusnya.

Pedagang lainnya Indah juga punya keluhan sama dengan Irhamni. Indah kini sudah menunggak hampir Rp10 juta sejak dirinya berjualan di pasar tersebut pada 2009.

“Gimana mau bayar kalau keuntungannya kecil. Pasarnya sepi seperti ini,” katanya.

Kondisi ini diperparah dengan serbuan retail modern yang juga dirasakan dampaknya oleh para pedagang pasar. Keuntungan mereka terpangkas hampir 50 persen selama beberapa bulan terakhir.

Pasar Ulin Raya dalam beberapa hari terakhir memang menjadi buah bibir. Senin lalu (21/3) puluhan pedagang mendatangi DPRD Kota Banjarbaru menuntut keringanan pembayaran retribusi. Alasannya, pasar semakin sepi dan penghasilan mereka jauh menurun. Hal itu juga yang dirasakan Indah.

---------- SPLIT TEXT ----------

“Kalau saya menilai ini semakin parah saat ada mart-mart itu,” ungkapnya.

Adanya retail modern menurut Indah telah merampas para pelanggan kios di Pasar Ulin Raya. Alasan pelangggan menurut Indah memang tak bisa disalahkan. Pelanggan tentu akan membeli barang di tempat yang lebih nyaman dan lebih murah.

“Seperti minyak goreng sering ada promo, tentu pelanggan akan beli sedangkan kami tidak bisa mengurangi harga dibawah harga yang kami beli dari distributor,” cetusnya.

Keuntungan Indah pun kini merosot. Sebelum retail modern menjamur, ia bisa mendapat untung Rp3 juta dalam sebulan. Kini keuntungannya tak sampai Rp1,5 juta sebulan. Hal ini sudah berlangsung beberapa bulan.

Di sekitar Pasar Ulin Raya sendiri ada lebih dari tiga retail modern yang berdiri. Jaraknya hanya ratusan meter dari pasar. “Ya saya cuma bisa pasrah, ini satu-satunya harapan saya,” ujarnya.

Serbuan retail modern juga dirasakan pedagang lainnya bernama Rahmat. Ia menilai jarak toko modern dengan pasar terlalu dekat. “Seharusnya diatur jaraknya, jangan seperti sekarang,” sebutnya.

---------- SPLIT TEXT ----------

Rahmat mengaku khawatir Pasar Ulin Raya akan semakin tenggelam karena sepi pembeli. Selain serbuan toko modern, Rahmat juga khawatir akan berdirinya retail-retail besar di Banjarbaru.

“Sekarang kita baru diserbu minimarket modern, belum lagi nanti kalau ada Indogrosir dan Giant yang masuk Banjarbaru, apa jadinya,” pungkasnya.  (*)

 


BACA JUGA

Rabu, 23 September 2015 09:58

Gudang SRG Kebanjiran Gabah

<p style="text-align: justify;"><strong>MARABAHAN</strong> &ndash; Memasuki…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers