Tekad Banjarbaru Ingin Putus Generasi Pendulang

- Rabu, 10 April 2019 | 09:25 WIB

Banjarbaru - Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani mengaku prihatin dan turut berdukacita atas terjadinya musibah longsor di pendulangan intan tradisional Pumpung, Cempaka. Yang mengakibatkan lima orang korbannya meninggal dunia, lantaran tertimbun.

"Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi, tapi kami tidak bisa meminta masyarakat supaya berhenti mendulang. Sebelum ada alternatif pekerjaan lain untuk mereka," katanya.

Dia mengungkapkan, Pemko Banjarbaru melalui Bappeda Banjarbaru sudah pernah mengumpulkan masyarakat sekitar dan diminta supaya tidak lagi mendulang. Namun, warga mengaku tak punya pilihan pekerjaan lain. Jika, berhenti dari pekerjaan penuh risiko itu.

"Kalau punya pekerjaan lain, masyarakat sebenarnya bersedia untuk berhenti mendulang intan. Tapi, sementara ini tidak ada usaha lain untuk mereka," ungkapnya.

Guna mengatasi permasalahan itu, Nadjmi menyampaikan bahwa Pemko Banjarbaru sudah punya beberapa solusi agar masyarakat Cempaka bisa meninggalkan aktivitas pendulangan intan.

"Solusi yang pertama, kami akan memberi masyarakat bantuan bibit itik. Dengan begitu, para pendulang bisa beralih ke peternakan," ujarnya.

Dia menuturkan, bantuan rencananya direalisasikan pada tahun depan. Di mana setiap keluarga bakal mendapatkan 50 ekor itik yang sudah siap bertelur.

"Selain itik, masyarakat juga akan mendapatkan bantuan pakan, obat dan dana untuk membangun kandang. Rencananya, anggaran kami alokasikan tahun depan," tuturnya.

Selain memberikan bantuan bibit itik, solusi lain yang akan dilakukan Pemko Banjarbaru untuk meniadakan pendulangan intan di Cempaka ialah berupaya memutus rantai tradisi aktivitas berbahaya tersebut.

"Untuk memutus rantainya, kami bakal memberikan pengetahuan ke masyarakat agar anak-anak tidak dilibatkan dalam pendulangan. Dengan begitu, tidak ada lagi generasi penerus mereka," kata Nadjmi.

Bukan hanya itu, agar anak-anak Cempaka tidak mengenali pendulangan. Pemko juga akan membekali anak-anak tentang pengetahuan bahayanya aktivitas pendulangan intan.

Jika tidak ada lagi generasi penerus pendulang, bagaimana dengan nasib destinasi wisata pendulangan intan di Cempaka? Nadjmi menyampaikan, tempat wisata yang diperkenalkan sebenarnya ialah pertambangan intan tradisional yang dilakukan masyarakat pada zaman dulu. Dengan menggunakan pengamanan kayu dan tanpa ada bantuan mesin pompa.

"Yang ingin kita hilangkan, sistem pendulangan berbahaya yang dilakukan masyarakat sekarang. Tanpa ada pengaman, serta menggembur dan menghisap tanah menggunakan mesin," ucapnya.

Lantaran tanah seringkali digembur tersebutlah yang mengakibatkan longsor terjadi. "Tebing tanah yang ada di sana sudah gembur, jadi sangat rentan longsor. Apalagi jika hujan turun," ungkap Nadjmi. (ris/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X