Ratapan Duka di Pulau Sembilan

- Jumat, 26 April 2019 | 08:54 WIB

KOTABARU - Jerit ketakutan dan tangisan keras saat tanah longsor menggerus puluhan rumah di Pulau Matasirih, pagi Rabu (24/4). Pagi yang tenang berubah seketika menjadi riuh. Warga yang tinggal di kawasan Kecamatan Pulau Sembilan itu panik keluar dari rumah mencoba menyelamatkan diri.

Masing-masing keluar dengan kebingungan. Tiba-tiba, gemuruh hebat terdengar dari bukit. "Awas longsor, cepat keluar rumah," terdengar teriakan sahut-menyahut di sela-sela suara gemuruh.

Malang bagi Hikmah dan anak perempuan kecilnya, Sabandia. Dia diduga tidak sempat ke luar rumah. Rusman suami Hikmah, tidak kuasa menyelamatkan anak dan istrinya. Waktu kejadian Rusman kebetulan di luar rumahnya. Longsor begitu cepat menghantam.

"Cepat sekali. Pak Rusman tidak sempat berlari menyelamatkan anak dan istrinya," getir Danramil Pulau Sembilan Peltu Otang Rusmana.

Sekejap saja longsor itu. Enam buah rumah rata dengan tanah. Puluhan rumah lainnya rusak. Bukit kecil di pulau itu mayoritas ditumbuhi pohon kelapa. Akar serabut tidak mampu menahan pergerakan tanah.

Tangis di mana-mana. Ratapan dalam bahasa Mandar terdengar ke atas langit. "O...puange (wahai Tuhanku)...".

Informasi cepat sampai ke pusat kota kecamatan. Polisi dan TNI dibantu warga menggunakan kapal menuju Matasirih. Pusat kota kecamatan berada di Pulau Marabatuan.

Pulau Matasirih tidak seberuntung Marabatuan. Sinyal seluler hampir tidak ada di Matasirih. "Kami kesulitan," kata Kapolsek Pulau Sembilan Ipda Sumarno. Sarana evakuasi sangat minim.

Hingga berita ini diturunkan, Hikmah dan anaknya belum ditemukan. Warga dan petugas di bawah guyuran hujan menggali longsor. Mencari dengan alat seadanya.

Di pusat kota kabupaten para relawan yang tergabung dalam Himpunan Balakar Saijaan. Mereka gelisah, terbatasnya informasi yang masuk dari daerah bencana. Ingin segera meluncur ke pulau, apa daya sarana kapal tidak ada.

"Logistik kami sudah siapkan. Lagi menunggu dari Basarnas untuk kapal ke sana," kata Kepala BPBD Kotabaru Rusian Ahmadi Jaya.

Sementara itu, Kamis (25/4) sore kemarin, warga Matasirih sebagian tiba di pusat kota kabupaten. Mereka mengungsi ke kota. Naik kapal Perintis Sabuk Nusantara. Di dalam kapal juga dibawa kota suara hasil Pemilu.

"Banyak warga Matasirih berangkat ke kota. Mereka takut ada longsor susulan," kata Tina guru di Pulau Sembilan.

Petugas Informasi Cuaca di BMKG Kotabaru, Hairul Zulkifli mengatakan. Prediksi dalam beberapa hari ke depan hujan masih akan mengguyur kawasan Pulau Sembilan. Kisaran angin mencapai 30 knot per jam. Kelembaban mencapai 65 sampai 95 persen.

Pulau Sembilan tiap tahun dilanda bencana. Paling sering terjadi adalah hempasan angin kencang. Tiap tahun dilaporkan selalu ada rumah warga di pesisir pulau yang rusak.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X