Ratusan Warga Pulau Sembilan Masih Mengungsi

- Senin, 29 April 2019 | 10:18 WIB

KOTABARU - Ketika petang, ratusan warga menuju pantai di areal pelabuhan. Mereka mengungsi ke sana, tidak berani tingggal di dalam rumah. Khawatir ada longsor susulan setelah longsor yang melanda pulau mereka, Rabu (24/4).

Di laut, dekat dengan pulau, banyak kapal-kapal berubah fungsi. Menjadi tempat tidur. Pakaian habis dicuci memenuhi tali dan tiang kapal. Nelayan pun tidak bisa bekerja. Mereka semua kekurangan bahan makanan.

Begitulah suasana di Pulau Matasirih, Kecamatan Pulau Sembilan sekarang ini. Trauma, warga takut. Proses evakuasi dan pembersihan areal longsor terkendala sarana. Sudah empat hari hingga Minggu (28/4) kemarin, dua korban yang diduga tertimbun belum juga ditemukan.

"Longsornya dalam. Mencapai delapan meter. Serta kami kesulitan mengirimkan informasi cepat karena alat komunikasi seluler tidak berfungsi di sana," kata Kepala BPBD Rusian Ahmadi Jaya, Minggu (28/4) kemarin.

Pada Jumat (26/7) Rusian Ahmadi Jaya memimpin beberapa personel BPBD. Mereka berangkat ke Pulau Matasirih bersama Basarnas. Menggunakan kapal nelayan. Petang baru sampai di lokasi bencana. Logistik bantuan dari BNPB mereka bagi ke warga.

Sabtu pagi, mereka mulai melakukan proses evakuasi. Dibantu personel Polsek dan Koramil Pulau Sembilan. Serta personil dari DPKP Kotabaru. Hingga petang proses evakuasi tidak membuahkan hasil.

Karena tidak banyak yang bisa dilakukan, malam harinya, BPBD balik kanan. "Perlu minimal dua mesin tambahan. Lengkap sama selang dan alat hisap lainnya. Secepatnya harus kembali ke sana," ujarnya yang tiba di pusat kota siang kemarin.

Bupati Sayed Jafar melalui Sekda Said Akhmad mengatakan. Mereka memaksimalkan BPBD dan instansi terkait untuk memberikan bantuan ke pulau. "Informasinya, bahan makanan yang paling kurang. Bantuan sudah dikirim, akan terus disuplai," ujarnya.

Sekda mengatakan, sarana membuat sulit membawa alat berat ke sana. Selain jarak tempuhnya yang jauh, juga diperlukan kapal besar untuk membawa alat berat.

"Semua rumah warga rata-rata memang berada di lereng gunung. Sekarang mereka semua ke pesisir. Kami melalui pihak kecamatan di sana dan BPBD juga sudah membangun posko bantuan di sana," paparnya.

Danramil Pulau Sembilan, Peltu Otang Rusamana mengatakan, yang paling mendesak adalah logistik bahan makanan. Warga selama ini tidak bisa bekerja. "Masih takut. Tiap hari masih sering hujan."

Lisna, warga Pulau Kerasian meminta pemerintah lebih aktif lagi. "Sewa kapal besar atau bagaimana? Mereka juga warga Kotabaru," ujarnya memelas. Lisna mengaku warga pulau rata-rata satu rumpun dari Sulawesi Barat. Nenek moyang mereka ratusan tahun lalu merantau ke pulau-pulau kecil, beranak pinak dan bermukim.

Sekadar mengingatkan, Rabu (24/4) pagi sekitar pukul 07.00, Pulau Matasirih dihantan longsor hebat. Setelah malam sebelumnya, pulau terluar Kalsel ini diguyur hujan lebat.

Longsor itu cepat datangnya. Rusman, seorang pria muda tidak sempat menyelamatkan istrinya Hikmah dan bayinya Sabandia. Ibu dan bayi itu diduga kuat tertimbun longsor sedalam delapan meter.

Dari laporan Polsek Pulau Sembilan, sedikitnya ada delapan buah rumah rusak berat. Puluhan rumah rusak ringan. Dan satu buah kapal rusak berat. Sebagian warga dikabarkan mengungsi ke pusat kota, ikut Kapal Perintis Sabuk Nusantara yang Kamis (25/4) tadi berangkat dari Pulau Sembilan membawa surat suara Pemilu. (zal/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pengedar Sabu di Samboja Ditangkap di KuburanĀ 

Jumat, 26 April 2024 | 19:32 WIB

EO Bisa Dijerat Sejumlah Undang-Undang

Rabu, 24 April 2024 | 08:00 WIB
X