Bawa Pompa di Jok Motor, Sempat terminum Air Racun

- Kamis, 9 Mei 2019 | 15:34 WIB

Jalan dakwah tidak selalu mulus. Melewati bukit dan hutan belantara pun dilakoni. Bahkan diadang ular dan segala macam racun di hutan. Itulah yang dialami salah seorang pendakwah dari Hulu Sungai Tengah, Ustaz H Muhammad Fauzan.

Oleh: WAHYU RAMADHAN, Barabai

Dunia dakwah, bukanlah hal yang baru bagi Muhammad Fauzan. Sejak masih menjadi santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Muhibbin Barabai, dia sudah mengisi pengajian di kawasan Desa Riwa, Kecamatan Batu Mandi, Kabupaten Balangan.

“Tahun 2007pertamakali saya mengisi pengajian sampai sekarang, menggantikan rekan saya yang berasal dari Bangka Belitung pulang ke kampung halamannya,” tutur lelaki yang akrab disapa Fauzan, ini.

Ditemui kemarin (8/5) siang, di Pasar Murakata Barabai, Fauzan tampak asyik melayani pembeli. Mengenakan setelan gamis warna abu-abu serta kopiah putih, membuatnya sedikit berbeda dari pedagang lainnya. Di sini lah, lelaki kelahiran 11 Januari 1990, ini mengisi waktu luang di sela-sela jadwal rutinnya mengisi pengajian.

“Kalau tidak ada jadwal mengisi pengajian, saya menemai istri di sini berdagang pakaian,” ucapnya.

Ya. Selain di Bulan Ramadan, jadwal Fauzan cukup padat. Dalam sepekan, suami Barliani Fitriah, ini bisa menghabiskan empat sampai lima hari hanya untuk mengisi pengajian tetap. Di wilayah Kabupaten HST hingga ke Kabupaten tetangga, yakni Kabupaten Balangan. Sementara di Bulan Ramadan, dia hanya punya jadwal pengajian tetap selama dua hari. Yakni hari Selasa dan Jumat. Keduanya, di waktu subuh.

“Hari-hari biasa selain Bulan Ramadan, paling lambat jam 10 malam sampai ke rumah. Belum termasuk apabila cuaca tiba-tiba hujan. Alhamdulillah, istri dan anak-anak bisa mengerti dan mendukung,” ungkapnya.

Semasa menjadi pendakwah, rintangan yang dilalui Fauzan cukup beragam. Di antaranya, ketika mengisi pengajian di beberapa kawasan yang cukup jauh. Seperti di daerah Gunung Batu, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan.

Menempuh jarak kurang lebih 45 kilometer, atau memakan waktu paling sedikit satu setengah jam, Fauzan, harus selalu membawa pompa ban di dalam jok sepedamotornya. Selain akses jalannya yang terbilang sulit, permukiman penduduk pun cukup jarang.

“Pernah kebocoran ban dan harus mendorong sangat jauh agar dapat bertemu dengan tambal ban. Jadi untuk antisipasi, selalu membawa pompa ban. Setidaknya kalau bocor ya dipompa dulu,” urainya, kemudian terkekeh.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan ketika berangkat ke tempat yang cukup jauh, Fauzan, mengaku kerap mengajak seorang teman. Meski begitu, bukan berarti rintangan tak pernah ditemuinya lagi.

Sebagai contoh, ketika mengisi pengajian di Desa Mahila, Kecamatan Birayang. Sedang asyik mengendarai sepeda motor, tepat pada malam hari, tiba-tiba dia diadang ular sebanyak tiga kali. Ukuran ular yang mengadangnya pun berbeda-beda. Mulai dari yang berukuran kecil hingga berukuran besar. Mulai dari ular berbisa hingga tidak memiliki bisa.

“Bayangkan saja, diadang ular yang kepalanya sudah mekar. Siapa yang tidak kaget,” kenangnya.

Bocor ban atau diadang ular, belum seberapa bila dibandingkan dengan cobaan yang satu ini. Yakni, keracunan. Suatu ketika, Fauzan, pernah diundang untuk mengisi pengajian di sebuah desa yang sudah cukup terkenal dengan tingkah laku masyarakatnya, serta kabar mistis di desa yang bakal didatanginya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X