Curang Saat UNBK, 18 Siswa Asal Kalsel Diberi Nol

- Sabtu, 11 Mei 2019 | 09:11 WIB

BANJARMASIN - Meski terlihat berjalan lancar, ternyata pelaksanaan UNBK tahun ini diselimuti kecurangan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerima 202 aduan kecurangan saat ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

Selasa (7/5) Kemendikbud membeberkan ada 126 peserta terbukti curang dan diberi sanksi nilai nol. Yang memprihatinkan, siswa Kalimantan Selatan adalah pelaku kecurangan terbanyak kedua, setelah Jawa Timur.

Inspektorat Jenderal Kemendikbud Muchlis R. Luddin mengatakan, ada 21 kasus kecurangan di Jawa Timur. Sedangkan Kalimantan Selatan yang terbukti 18 kasus, Bali 15 kasus, Jawa Barat 13 kasus, dan Lampung 13 kasus. ”Dari 34 provinsi, ada 25 provinsi yang terdapat kasus kecurangan,” tuturnya saat konferensi pers penjabaran hasil UNBK.

Jenis kecurangan bervariasi. Ada yang memotret soal ujian, lalu mengirim melalui aplikasi WhatsApp (WA). ”Tahun ini kebocoran soal sudah tidak ada,” ungkapnya. Seluruh peserta ujian yang terbukti curang diberi nilai nol. Namun, mereka diberi kesempatan untuk mengulang. Cara tersebut memang akan dievaluasi apakah membuat jera atau tidak.

Selain temuan itu, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud melihat ada korelasi antara peserta dan waktu ujian. Peserta ujian yang cepat keluar ruangan cenderung memiliki nilai jelek. Hal itu terlihat dari 2.200 logbook. ”Semakin sembrono, nilai semakin jelek. Kalau UN menjadi penentu kelulusan, mungkin tidak ada lagi yang gambling,” ucap Kabalitbang Kemendikbud Toto Suprayitno.

Sementara itu, saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan Kalsel M Yusuf Effendy membenarkan data tersebut. Dia mengaku sudah menerima surat dari Kemendikbud mengenai kasus kecurangan UNBK yang dilakukan peserta di sejumlah sekolah di Kalsel. "Kami menerima surat pada akhir April, sebelum nilai UNBK diumumkan," katanya.

Dia mengungkapkan, dalam surat itu tertulis bahwa ada 18 peserta ujian terbukti curang di Kalsel. Dan diberi sanksi mendapatkan nilai nol di salah satu mata pelajaran. "Saat kami cek nilai UNBK yang keluar pada awal Mei. Memang benar ada 18 anak yang menerima nilai nol," ungkapnya.

Ditanya, siapa yang melapor adanya kecurangan. Yusuf mengaku tidak mengetahuinya. Sebab, selama UNBK berjalan dirinya tak pernah mendapatkan laporan ada siswa yang curang saat mengerjakan soal. "Kami tahunya malah dari pusat. Bisa jadi yang melapor ini sesama peserta ujian. Tapi, kami sangat menyayangkan kenapa melapornya ke pusat. Bukan ke pengawas atau guru," ujarnya.

Dia juga mengaku tak tahu, lewat mana si pelapor melaporkan kasus kecurangan UNBK. Hingga, bisa langsung ditindaklanjuti oleh Kemendikbud. "Sampai sekarang kami tidak tahu siapa yang melapor dan lewat mana mereka melapor," ungkapnya.

Disinggung mengenai jenis kecurangannya, Yusuf memaparkan sesuai surat yang mereka terima pelaku curang terbukti membawa ponsel ke ruang ujian. Yang digunakan untuk memotret soal ujian, lalu mengirimnya melalui aplikasi WhatsApp (WA). "Kami padahal sudah memperketat pengawasan, tapi masih saja ada yang lolos," bebernya.

Dengan adanya kasus kecurangan itu, dia mengaku pihaknya sudah memberikan peringatan keras kepada pihak sekolah yang siswanya curang. Selain itu, para kepala sekolah juga telah memberikan teguran ke pengawas. "Namanya juga manusia biasa, mereka punya keterbatasan mendeteksi anak yang curang. Kejadian ini juga bukan hanya di Kalsel. Melainkan, di 25 provinsi di Indonesia," ucapnya.

Lalu bagaimana dengan nasib para peserta curang yang mendapatkan nilai nol, apakah bakal tidak lulus? Dia mengungkapkan, menerima nilai nol dalam UNBK bukan berarti tidak lulus sekolah. Sebab, ada beberapa aspek lagi yang perlu di lihat. "Semua keputusan ada di rapat dewan guru yang digelar Senin (13/5) nanti. Mereka akan melihat sejumlah aspek untuk menentukan kelulusan anak, seperti nilai ujian sekolah dan UNBK," ungkapnya.

Para peserta UNBK yang terbukti curang sendiri saat ini sudah mereka data. Namun, Yusuf enggan membeberkan secara rinci di mana ke 18 anak itu bersekolah. "Yang jelas, 18 anak tersebut ada di dua daerah. Yaitu, SMA di Banjarmasin dan di Tanah Laut," pungkasnya. (ris/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X