Kala Aruh Tak Lagi Berpengaruh

- Minggu, 12 Mei 2019 | 13:26 WIB

Suku Dayak di Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) biasa menyebut   aruh. Pelaksanaan selalu identik dengan pesta untuk ungkapan syukur atau tolak bala. Saat aruh yang berpusat di Balai Adat digelanya, desa penyelenggara bakal ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru. Sayangnya, semakin tak terlihat perwakilan pemerintah untuk upacara adat ini.

============================== 

WAHYU RAMADHAN, Muara Hungi

==============================

Muara Hungi tampak semarak pada Sabtu (4/5) malam. Desa yang berjarak 33 kilometer dari Barabai, pusat Kabupaten HST itu merayakan Aruh Bawanang. Acara itu dilaksanakan tiga hari tiga malam mulai Sabtu hingga Selasa (7/5) pagi. Aruh Bawanang adalah ungkapan rasa syukur atas perolehan panen yang melimpah.

“Tiga hari termasuk sebentar. Biasanya sampai duabelas hari,” tutur Utut. Dia adalah salah seorang balian di Desa Muara Hungi. Dalam aruh, balian bertugas menghubungkan dunia bawah dengan dunia atas. Termasuk, urusan dengan roh manusia yang telah meninggal.

Lelaki 70 tahun, ini menjelaskan, Aruh Bawanang juga dikenal dengan nama Aruh Ganal. Artinya, upacara adat besar. Disebut demikian karena dilaksanakan besar-besaran oleh seluruh warga desa. Juga, dihadiri oleh undangan yang berasal dari desa-desa lainnya. Sementara Aruh Kecil, dilakukan hanya di lingkungan keluarga saja.

“Aruh Bawanang hanya digelar apabila hasil panen sesuai dengan harapan warga. Selain sebagai rasa syukur, Bawanang, dimaksudkan untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar di tahun mendatang bisa kembali mendapatkan hasil panen yang melimpah. Kemudian, berharap dijauhkan dari segala bahaya, penyakit dan makhluk perusak,” ujarnya. Dia juga menambahkan, jika hasil panen tidak sesuai harapan, warga hanya menggelar Aruh Kecil. Atau, malah tidak diadakan sama sekali.

Sabtu malam itu, Balai Adat ramai. Beberapa warga tampak sibuk mempersiapkan pernik-pernik aruh. Mulai dari hidangan untuk masyarakat hingga aksesori terpenting yang oleh warga setempat disebut Langgatan Papatangkalak. Atau, induk dari wadah sesaji.

Wadah itu terbuat dari potongan bambu berbentuk segi empat bertingkat. Dalam upacara adat tersebut, Langgatan Papatangkalak digantungkan di tengah-tengah balai. Dihiasi dengan untaian daun kelapa yang menguning dan hiasan lain dari kain serta dedaunan.

“Dibuat persegi empat. Harapannya bisa melindungi seluruh warga dari marabahaya yang datang dari berbagai penjuru,” ungkap Haris. Lelaki berumur 41 tahun itu merupakan kepala adat Suku Dayak se-Kecamatan Batang Alai Timur (BAT).

Menjelang dimulainya aruh, Balai Adat yang bernama resmi Putra Balian, tersebut penuh sesak oleh warga berbagai usia. Mereka antusias mengikuti upacara adat kali ini. Acara dibuka oleh para balian yang duduk mengelilingi Langgatan Papatangkalak. Di antara mereka terdapat pemimpin balian, yakni penghulu Balai Adat. Dia duduk beralaskan tikar. Mulut lelaki berumur 73 tahun bernama Tuit itu komat-kamit. Bersamaan dengan itu, bunyi-bunyian dari Gandang dan Kalimpat yang ditabuh membahana di dalam ruangan.

“Dia memberitahu kepada Yang Maha Kuasa bahwa upacara dimulai,” bisik Rusadi, ketua RT 1 Desa Muara Hungi. Selain minta izin kepada Yang Maha Kuasa agar upacara berjalan lancar, menurut dia, Tuit juga mengundang roh nenek moyang atau datu untuk mengikuti acara.

Setelah itu, Tuit dan para balian asyik mengusap Gelang Hiang di atas kepulan asap kemenyan. Beberapa saat kemudian, Tuit dan para balian yang sedari tadi duduk, lantas bangkit. Wajah para balian mendongak ke atas dan ke depan Langgatan Papatangkalak. Badan mereka sedikit membungkuk dan kedua tangan dilipat ke belakang seperti menggendong. Tiba-tiba, mereka mengentak-entakkan kaki ke lantai.

Diiringi gemerincing Hiang, tabuhan Gandang dan Kalimpat, batandik (mengentak-entakkan kaki, Red) malam itu semakin semarak ketika orang tua, anak muda, serta anak-anak ikut ambil bagian. Lelaki dan perempuan turut serta menari memutari Langgatan Papatangkalak.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X