Minim, Banjarmasin Masih Kekurangan Guru Pendamping Difabel

- Jumat, 17 Mei 2019 | 09:52 WIB

BANJARMASIN – Wajah Zubaidah murung. Dikala menceritakan anaknya susah mencari sekolah umum. Menderita down syndrome, sejak usia 5 bulan. Faturrahman anak satu-satunya disekolahkan di SD LB Pelambuan Banjarmasin.

“Sempat mau didaftarkan di sekolah umum. Tapi, tak diterima karena tak adanya guru pendamping untuk anak saya,” keluh Zubaidah di sela acara Forum Komunikasi Keluarga Anak Penyandang Disabilitas yang digelar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI di Rattan Inn Banjarmasin, Kamis (16/5) kemarin.

Ingin seperti anak lainnya, dia beharap kelak ketika lulus SD ada sekolah jenjang SMP yang mau menerima anaknya. “Saya berharap, pemerintah memperhatikan ini. Kami juga punya hak yang sama,” ucapnya.

Saat mendaftarkan anaknya ke sekolah berlabel inklusi, malah penolakan juga sempat dirasakannya. Dengan alasan, jumlah tenaga guru yang menangani siswa berkebutuhan khusus terbatas. “Waktu itu dikatakan sudah penuh. Karena guru pendampingnya minim,” tukasnya.

Selain membahas pendidikan, forum itu juga membahas lapangan kerja hingga kesehatan anak penyandang disabilitas. Hadir langsung Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian PPPA RI, Nahar. Menurutnya, permasalahan ini memang dikeluhkan sejumlah orang tua. Tak hanya di Banjarmasin.

Demi menangani ini, pihaknya akan bekerja sama dengan BPS. Melakukan pendataan terlibih dulu terhadap anak berkebutuhan khusus. Jumlah penyandang disabilitas di negeri ini baru diketahui mencapai 1,5 juta anak. Masih berusia sekolah. “Itu pun masih ada yang belum dilaporkan,” terang Nahar.

Ketika data lengkap didapatkan, Nahar yakin kementerian akan lebih maksimal membantu anak berkebutuhan khusus. Salah satunya dalam hal pendidikan dan kesehatan mereka.

“Yang perlu diselesaikan adalah mengenai penyediaan data. Datanya harus didapat dulu. Dari sana kami bisa membantu anak berkubutuhan khusus lebih maksimal,” tambahnya.

Kepada orang tua, dia meminta untuk lebih bersabar dalam menangani anak berkebutuhan khusus ini. Dia menyebut, anak berkebutuhan khusus tak berbeda dengan anak-anak lain ketika diberikan pendampingan yang baik.

Untuk menyemangati para orang tua yang hadir, panitia menayangkan video anak-anak berkebutuhan khusus yang sukses. Salah satu contoh adalah anak dari aktris Dewi Yul yang kedua anaknya menderita down syndrome. “Ini menjadi bukti orang tua harus hadir dalam kehidupan mereka,” tuntasnya.(mof/az/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X