Jangankan Baju Baru, Buat Makan Saja Susah

- Jumat, 17 Mei 2019 | 11:38 WIB

Angin tenggara berembus kencang. Pondok Ahmad di tepi pantai bergetar hebat. Sudah banyak bagang rubuh. Anak lelakinya tidur beralaskan mimpi. Jangankan baju baru lebaran, buat makan saja susah.

Oleh ZALYAN SHODIQIN ABDI, Kotabaru

Ahmad tinggal di Desa Tanjung Pelayar Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar. Sekitar 120 kilometer dari pusat kota. Pesisir desa Ahmad persis menghadap tenggara.

Sejak awal Ramadan, tenggara berembus. Ini musim paling ditakuti para nelayan Tanjung Pelayar. Juga Teluk Kemuning, Tanjung Lalak dan sekitarnya.

Angin tenggara kurang ramah. Menampar keras deretan bangunan bagang para nelayan. Bagang terbuat dari bambu, untuk menangkap ikan teri dan cumi di laut.

Tenggara datang, Ahmad dan ribuan nelayan bagang terpaksa kerja lain. Memaksa diri ke bagang, risikonya bisa nyawa.

Ahmad sejak tenggara datang, mulai merajut tali temali. Membuat perangkap kepiting. Turun pagi, siang atau sore memeriksa perangkap.
"Puasa tidak bisa full. Cepat haus."

Kamis (16/5) petang kemarin. Dengan bibir kering, didampingi anak lelakinya yang masih SD, Ahmad bercerita. "Ya, biasa dapat kepiting lima ekor," getirnya.

Berapa harga lima ekor itu? Katanya tergantung ukuran. Anggap saja Rp40 ribu. Sehari dapat segitu, cukup buat apa?

"Makanya itu. Jangankan untuk beli baju baru lebaran. Buat makan saja susah," nyaring suara Supaidah. Istri Ahmad datang dari pondok menemani suaminya.

Hasil bagang bulan lalau bagaimana? Kata suami istri itu, sudah habis. Hasil bagang memang lumayan. Tapi biaya operasional juga tinggi.

Bagang dibangun dari bambu. Biasanya tahan setahun. Biayanya Rp15 juta. Sekitar itu. Uang hasil penjualan teri disisihkan dulu buat membangun bagang di musim depan, sisanya untuk makan sehari-hari.

"Bagang itu tidak pasti. Minggu ini kita dapat misalnya lima juta. Nanti minggu yang lain tidak dapat. Hasil setahun cukup buat hidup saja," kata Sahmad, rekan Ahmad.

Sama dengan Ahmad. Sahmad juga mengaku risau. Anaknya tiga orang. Semua masih sekolah. Berbicara baju lebaran, matanya berkaca-kaca."Terpaksa habis lebaran ini saya ke kota. Kerja bangunan. Angin ini sampai lepas Agustus baru teduh," ujarnya.

Sahmad tidak punya ladang luas. Tidak ada pilihan bagi dia. Nelayan menurut pria ini harus punya keahlian lain selain mencari ikan.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X