BANJARBARU - Tidak ada yang berbeda dengan ritme kerja pasukan kuning selama Ramadan. Pagi-pagi membersihkan sampah, dikumpulkan ke dalam angkutan kemudian diantar ke TPA. Kecuali hanya bekerja lebih pagi dari biasanya, agar tidak cepat letih karena puasa.
“Tergantung kesepakatan antara sopir truk dengan para petugas kebersihan. Kami tahunya semua clear, tidak ada sampah yang dibiarkan menumpuk lebih dari 12 jam,” ujar Kadis LH kota Banjarbaru, Sirajoni saat ditanya mengenai jam kerja pasukan kuning selama Ramadan.
Masyarakat pun, menurutnya, sudah mengerti batas buang sampah itu antara pukul 18.00 Wita atau pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi di hari berikutnya. “Bahkan kalau (sampah) sudah terkumpul banyak di satu TPS, petugas kami ada saja yang mulai bekerja lebih awal dari waktunya,” kata mantan Kabag Umum Sekdakot Banjarbaru ini.
Yang berbeda, sebut Joni, justru volume sampahnya. Antara bulan Ramadan dengan bulan sebelumnya terjadi kenaikan volume antara 5-10 persen. “Kenaikannya mencapai 6-12 ton per hari.”
Itupun katanya, sudah dikurangi cukup banyak oleh pengolahan sampah organik yang dilakukan di pusat daur ulang (PDU) sampah yang ada di Loktabat Utara dan Loktabat Selatan.
Dari kenaikan tersebut, dinas LH pun akhirnya menambah ekstra pengangkutan sampah. Gejala seperti itu memang menjadi fenomena yang biasa dan hampir selalu terjadi setiap tahunnya.
Tingkat konsumsi makanan yang dilakukan oleh masyarakat selama bulan puasa yang cenderung naik, cukup mempengaruhi jumlah buangan sampah di TPS, terutama jenis sampah rumah tangga.
Selama Ramadan, dinas yang dipimpin Joni ini juga menyiagakan sedikitnya enam petugas sampah yang bertanggung jawab membersihkan sampah yang ada di lokasi pasar wadai Ramadan. Di samping menyiapkan pula “Angkutan Penyapu” untuk menangani sampah yang mungkin terlewatkan oleh petugas sebelumnya. (ram/al/ema)
