Yang Menghindari Tradisi ini Bisa Gila

- Senin, 20 Mei 2019 | 11:38 WIB

Mau jadi penganten di Ulu Benteng, Batola harus siap mental. Menjelang malam pertama pasangan pengantin harus dimandikan bidadari di hadapan masyarakat.

Oleh: AHMAD MUBARAK, MARABAHAN

Jangan bayangkan bidadari ini adalah bidadari dari kahyangan. Bidadari di sini adalah para petugas adat setempat. Merekalah yang memandikan pengaten ini di depan umum.

Mereka dimandikan di malam pertama menjelang acara resepsi perkawinan di Ulu Benteng. Tradisi ini dinamakan 'bapapai'.

Air yang digunakan bukan hanya air biasa. Air sudah dicampur dengan mayang (bunga pinang) dan berbagai tumbuhan liar lainnya. Kadang-kadang jika ada keluarga mempelai yang nakal, air diberi bongkahan es. Terpaksa pasangan pengantin harus menahan dinginnya air di hadapan warga.

Secara bergantian tujuh bidadari yang biasanya dijabat oleh para wanita yang sudah berumur, membasahi tubuh pasangan pengantin dengan air. Mereka hanya menyapukan sabun ke kepala mempelai. Tidak ke seluruh tubuh.

Setelah itu tujuh bidadari juga memecahkan kelapa tua dan mayang kandung (bunga pinang yang belum mekar). Dan yang terakhir dari tradisi Bapapai, pengantin harus melangkah tujuh kali di lingkaran benang. Tujuh bidadari itu akhirnya memecahkan telur saat langkah ke tujuh.

Artiah, warga Ulu Benteng RT 18 yang sering menjadi bidadari di tradisi bapapai mengatakan tradisi ini sudah ada sejak jaman nenek moyangnya dulu. Lebih dari seratus tahun yang lalu. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun.

Apabila ada garis keturunan salah satu mempelai melaksanakan bapapai, maka akan dilaksanakan bapapai seterusnya.

"Mereka yang melaksanakan bapapai mempercayai apabila tidak melakukan tradisi saat menikah maka akan mendapat sial," ceritanya seraya menambahkan bahwa tidak ada bacaan khusus yang dilontarkan saat bepapai.

Dia menjelaskan bapapai bisa dilakukan menjelang resepsi dan tiga hari setelahnya, hanya saja paling sering dilakukan pada malam menjelang resepsi perkawinan. Artiah juga menceritakan, terkait kesialan yang pernah menimpa keponakannya benerapa tahun lalu yang menghindari bapapai.

Seketika beberapa hari setelah sesepsi pernikahan, keponakannya sakit. Bahkan keponakannya hampir gila dan suka berbicara sendiri.

"Setelah keluarga sepakat untuk melakukan bapapai, keponakan saya kembali sehat seperti semula," ceritanya.

Percaya tidak percaya, hal serupa juga diungkapkan bidadari lainnya, Masliah (55) warga Ulu Benteng RT 11. Kejadian mistis akibat tidak melakukan tradisi bapapai juga dialami kakaknya.

Kakaknya yang sudah pernah bebapai di pernikahan pertamanya menolak melakukan bapapai di pernikahan kedua. Singkat cerita, menurut Masliah, kakaknya sakit-sakitan serta seperti orang linglung.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelanggar Perda Ramadan di HSS Turun Drastis

Selasa, 16 April 2024 | 14:40 WIB

Investor Masuk, Orientasi PAM Bandarmasih Berubah?

Senin, 15 April 2024 | 17:00 WIB

Liburan di HST, Wisata Air Jadi Favorit Pengunjung

Senin, 15 April 2024 | 14:00 WIB

Libur Lebaran, 2 Kecelakaan Maut di Banjarmasin

Senin, 15 April 2024 | 12:10 WIB
X