Kisah Kerusuhan 23 Mei: Telepon Guru Sekumpul Bikin Karno Tenang

- Kamis, 23 Mei 2019 | 09:48 WIB

Peristiwa itu masih melekat kuat di ingatan H Karno. Pria kelahiran Rantau 3 November 1945 silam ini merupakan salah satu saksi mata kerusuhan 23 Mei di Banjarmasin. Saat itu, dia sedang berada di kantor Golkar.

Ayah Karno --demikian mantan kader Golkar itu disapa-- mengatakan hari itu, warga beraktivitas seperti biasa. Seolah-olah tak akan terjadi apa-apa. Meski ada kampanye parpol, tetapi tidak ada firasat sesuatu yang besar bakal terjadi.

Banyak yang mengira bahwa kerusuhan terjadi setelah Salat Jumat. Tapi menurut Ayah Karno, sebenarnya orang-orang sudah berkumpul di depan kantor Golkar pada pukul 11.00 siang.

"Saya berada di rumah Ketua Golkar Kalsel, Pak Haji Sulaiman, dengar kejadian keributan, yang ikut kampanye disuruh lepas baju, sekitar pukul 11.00 Wita pagi saya ke Kantor Golkar," tuturnya.

Anggota Dewan Kehormatan DPD Golkar Kalsel ini tiba di depan Kantor Golkar, ternyata sudah banyak kerumunan orang. Orang-orang yang berada di depan Kantor Golkar terlihat membawa senjata tajam celurit dan parang. Mereka berteriak-teriak, seperti mencoba memancing keributan. Entah dari mana massa itu, ia mengaku tidak tahu. "Tapi itu bukan orang Banjar. Karena logat bicaranya beda," ucapnya.

Di dalam kantor memang banyak kader partai. Melihat ulah perusuh, mereka juga sempat naik darah, tapi berhasil ditenangkan. "Saya minta mereka tidak keluar, saya saja yang keluar," katanya.

Tidak ada perasaan takut sama sekali saat itu. Padahal beberapa unit mobil yang terparkir di depan kantor mulai menjadi sasaran pembakaran oleh perusuh. "Beberapa orang ada yang mencoba masuk tapi tidak ke dalam kantor, hanya di depan saja, saya minta mereka keluar," ucapnya yang waktu itu tak berfikir apa-apa. "Padahal bisa saja saya terluka."

Meski banyak massa yang mencoba membuat rusuh di Kantor Golkar, Ayah Karno mengaku tidak sedikit pun gentar melihat situasi itu. Belum lagi selesai, dia mendapat kabar kalau rumah Ketua Golkar diserang sekelompok orang. Dia bergegas ke sana.

Setibanya di rumah Haji Sulaiman HB, Ayah Karno melihat mobil truk di depan rumah. Diatas mobil ada seorang pria tak dikenal berdiri menyerukan untuk menyerbu masuk ke dalam rumah. Entah apa maksud dan tujuannya, dia juga tidak tahu. Orang-orang banyak masuk ke dalam memorak porandakan seisi rumah.

"Untungnya ketua saat itu tidak ada di rumah. Informasinya ketua sedang berada di rumah Kapolda," ujarnya.

Ayah Karno kemudian berinisiatif menutup pintu pagar. Tiba-tiba seorang pengendara sepeda motor menabraknya hingga dia terpental masuk ke dalam parit. Beruntung tidak sampai membuatnya luka-luka.

"Yang aneh, HP saya yang masuk ke dalam parit tiba-tiba bunyi, ketika diangkat ternyata Guru Sekumpul, beliau pesan agar saya jangan melakukan tindakan," ucapnya yang mengatakan telepon dari ulama kharismatik itu membuatnya tenang.

Selepas serangan ke rumah pimpinan Golkar Kalsel, dirinya masih harus melihat dan membantu pegawai perusahaan Hasnur di kawasan Jalan Ahmad Yani KM 2 yang belum bisa pulang. Biasanya sore semua karyawan pulang, karena kondisi mencekam mereka dilarang untuk pulang sementara waktu.

"Habis Magrib, baru mereka saya antar ke rumah masing-masing pakai mobil. Malam sekitar pukul 2 dini hari saya baru bisa pulang ke rumah di Kayutangi," katanya yang mengaku tak bisa melupakan peristiwa Jumat kelabu itu.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X