Kampung Ketupat Kebanjiran Rejeki

- Senin, 3 Juni 2019 | 09:22 WIB

BANJARMASIN - Dalam sehari, Acil Sanah sanggup menganyam 200 biji kurung ketupat. Perempuan 40 tahun itu tinggal di Jalan Sungai Baru Kecamatan Banjarmasin Tengah. Lebih dikenal dengan nama Kampung Ketupat.

Bagi penduduk Kampung Ketupat, Idulfitri selalu dirindukan. Setahun sekali, mereka kebanjiran pesanan. Lebaran selalu membawa berkah berupa rejeki berlimpah.

"Jualan ketupat kada (tidak) ada ruginya. Kalau bilang kada untung, artinya saya sedang berdusta. Tapi berapa untungnya, kada usah gen (tak perlu disebut)," ujarnya seraya tersenyum.

Jumat (31/5) siang, kaum perempuan Kampung Ketupat keluar dari rumahnya masing-masing. Dari nenek, emak, hingga anak gadis. Di sepanjang Siring Sungai Baru telah digelar tikar. Tempat mereka lesehan untuk menganyam.

Sedangkan para lelaki, sibuk bertukang. Membangun lapak dan memasang tenda. Pada malam takbiran, dari turunan Jembatan Dewi sampai pertigaan Jalan Haryono MT, bahu jalan bakal dipenuhi oleh pedagang ketupat.

"Sepanjang pal satu. Kiri dan kanan jalan. Taksiran saya mungkin ada sampai 50 buah lapak," imbuh Acil Sanah.

Untuk kurung-kurungnya saja, dijual Rp5 ribu per 10 biji. Sementara untuk kurung yang sudah berisi ketupat masak, dijual Rp5 ribu per biji.

"Memang lebih mahal dari hari biasa yang cuma Rp3 ribu per biji. Tapi tetap laku. Kapan lagi, mumpung sedang lebaran," tukas Sanah.

Tradisinya, pada H-7 Idulfitri, warga Kampung Ketupat mulai membuat kurung. Pada H-2, kuali-kuali besar akan dipasang di sepanjang bahu jalan. Sebagian kurung lalu diisi beras dan dijerang. Pada H-1, baru lapak-lapak itu digotong keluar ke Jalan Ahmad Yani.

Perajin lainnya, Acil Tifah menegaskan, ketupat dari Sungai Baru berbeda dari ketupat kebanyakan. Karena bukan dianyam dari janur kelapa.

"Sejak dulu kami memakai daun nipah. Karena kalau menggunakan pelepah nyiur, ukurannya terlalu kecil. Sementara ketupat kami besar-besar semua," jelas perempuan 30 tahun itu.

Nipah cuma tumbuh di padang rawa. Bisa dipesan dari desa-desa di kabupaten tetangga. Seperti Aluh Aluh, Tamban, dan Tabunganen. Harganya seikat Rp30 ribu. Seika nipah cukup untuk membuat antara 150 sampai 200 kurung ketupat.

Sebelum dianyam, nipah harus dibersihkan dulu dengan pisau kecil. Acil Tifah bisa melakukannya sambil bercanda dengan orang lain. Tanpa harus khawatir jemarinya tersayat.

"Di sini, anak-anak sedari kecil sudah diajari menganyam ketupat. Kalau sudah lihai, kurang dari satu menit, satu ketupat bisa tuntung (kelar) dianyam," ujarnya. (fud/ay/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB

Di Balikpapan, Kunjungan ke Mal Naik 23 Persen

Senin, 15 April 2024 | 17:45 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Kaltim Meningkat

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB

Supaya Aman, Membeli Properti pun Ada Caranya

Senin, 15 April 2024 | 10:30 WIB
X