Ikan Bakar, Salah Satu Faktor Inflasi Kalsel

- Rabu, 12 Juni 2019 | 09:57 WIB

BANJARMASIN - Meningkatnya konsumsi masyarakat selama bulan puasa, membuat Kalsel mengalami inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mencatat, angka inflasi Kalsel pada Mei 2019 mencapai 0,90 persen.

Inflasi Kalsel sendiri gabungan dari perkembangan indeks harga konsumen (IHK) dari Kota Banjarmasin dan Tanjung. Dari dua daerah itu, Tanjung menjadi penyumbang inflasi terbesar yakni 0,98 persen. Atau terjadi kenaikan IHK dari 134, 76 pada April 2019 menjadi 136,08 di Mei 2019.

Angka tersebut membuat inflasi Tanjung menjadi tertinggi kedua di tingkat antar kota regional Kalimantan, di bawah Sampit dengan nilai inflasi 1,01 persen. Sedangkan posisi ketiga ialah Singkawang, yang mengalami inflasi 0,91 persen.

Sementara Banjarmasin berada di urutan keempat regional Kalimantan, dengan nilai inflasi 0,90 persen. Dengan kenaikan IHK dari 137, 24 pada April 2019 menjadi 138,47 di Mei 2019.

Kepala BPS Kalsel Diah Utami mengatakan, tingginya inflasi di Banjarmasin dan Tanjung pada Mei dipengaruhi oleh adanya kenaikan indeks harga pada sejumlah kelompok pengeluaran. Yakni, kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

"Selain itu, indeks harga kelompok sandang, kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi serta olahraga juga naik," bebernya.

Dia mengungkapkan, jenis kelompok atau komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi di Kota Banjarmasin antara lain; ikan bakar, beras, kue kering berminyak, pepes ikan dan angkutan laut.

"Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi ialah, tarif pulsa ponsel, sepeda motor, bawang merah, daging ayam ras dan telur ayam ras," ungkapnya.

Sedangkan di Tanjung, komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi antara lain; daging ayam ras, gula pasir, kangkung, beras, dan tomat sayur.

"Sementara komoditas yang menahan inflasi di Tanjung yakni, bawang merah, ketimun, telur ayam ras, sepat siam dan ikan layang," beber Diah.

Secara terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Kalsel, Herawanto menyampaikan, tingginya inflasi pada bulan Ramadan sudah menjadi tren. Baik Kalsel, maupun nasional. "Sudah menjadi pola tahunan, mengingat konsumsi masyarakat pada bulan puasa cenderung meningkat," ucapnya.

Dia menuturkan, selama Ramadan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang terdiri dari unsur satuan kerja pemerintah daerah, BI, Bulog, kepolisian dan pihak terkait lainnya sebenarnya telah melakukan upaya untuk menahan tekanan inflasi. Tapi, inflasi tetap terjadi.

"Secara umum, TPID melakukan pengendalian inflasi dari sisi kebijakan, seperti pasokan dan distribusi. Sedangkan, Satgas Pangan dari sisi penegakan hukumnya," tuturnya.

Ke depan, dia mengungkapkan di samping cara-cara pengendalian melalui operasi pasar, TPID juga akan terus mengembangkan pendekatan-pendekatan lebih struktural yang menjawab permasalahan-permasalahan. Baik di sisi produksi (supply), kebutuhan masyarakat (demand) maupun distribusi.

"Salah satunya seperti yang dilakukan bersama Bank Indonesia dalam pengembangan bawang merah, padi dan ikan sungai. Serta bersama Bulog dalam penyebaran Rumah Pangan Kita (RPK)," ungkapnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X