Para Perempuan Ini Kerap jadi Tempat Napi Curhat

- Rabu, 12 Juni 2019 | 12:00 WIB

Tak mudah kerja di penjara. Apalagi bagi kaum hawa. Banyak tantangan yang harus dilawan. Kesabaran pun turut ditempa. Salah sedikit, bisa saja memicu keributan dengan tahanan.

--- Oleh: MUHAMMAD RIFANI, Banjarbaru ---

Layaknya wanita muda pada umumnya. Hurul Ain, Desy Nuraliza dan Inggit Fitria Yola turut bersolek. Lipstik merah dan aroma wangi parfum tampak terlihat dan terasa. Meskipun tempat mereka mengabdi adalah penjara.

Ya, Ain, Desy dan Yola merupakan tiga sipir dari sembilan sipir wanita yang bekerja di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas III Banjarbaru. Sudah lebih dari satu tahun mereka bekerja. Setiap hari bertatap muka dan berkomunikasi dengan napi wanita.

Dalam kesehariannya, mereka jadi petugas jaga. Khusus di blok wanita yang dihuni hampir 50 tahanan perempuan. Dari kasus tindak pidana ringan hingga narkotika.

Sejak lulus CPNS Kemenkumham Kalsel beberapa tahun lalu. Ketiga sipir berusia 20 tahun ini langsung ditempatkan menjaga blok tahanan. Mereka bertanggungjawab atas ketertiban dan keamanan di dalam sel.

Ain bertutur tak menyangka bakal bekerja sebagai sipir. Sama halnya dengan pandangan kebanyakan orang lainnya. Awalnya ia menilai penjara bukan tempat yang ramah bagi wanita seperti dirinya. Penuh kesan sangar dan brutal.

"Nyoba-nyoba akhirnya lulus. Awalnya khawatir bagaimana berhadapan dengan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan). Orang tua juga sempat was-was. Tapi Alhamdulillah pandangan itu ternyata salah," katanya.

Sebelas dua belas dengan Ain. Desy berpikiran senada. Penjara bagi Desy terkesan tak ramah. Apalagi penghuninya orang dengan latar belakang tersandung kasus kriminal.

Namun kekawatirannya sirna. Saat lulus CPNS dan ditempatkan di Banjarbaru. Perspektif Desy tentang Penjara berubah. Malah ia mengaku menikmati bekerja sebagai sipir.

"Kalau kesan tempat kriminal di awal-awal masih ada. Tapi satu sisi saya jadikan tantangan buat diri sendiri. Saat dijalani ternyata tidak seperti dipikirkan di awal-awal, malah saya lancar saja berinterkasi dengan mereka (tahanan)," ceritanya.

Begitupun dengan Yola. Juga sempat dibayangi ketakutan berlebih. Sipir berparas manis ini sekarang begitu leluasa bekerja di penjara. Bahkan ia menganggap tahanan sebagai bagian dari keluarganya.

"Mereka (tahanan) tak semuanya seperti yang dibayangkan. Sama kok dengan kita, hanya saja mereka pernah berbuat salah. Sebagai sipir kita selain menjaga keamanan juga kerap jadi teman ngobrolnya," kenangnya.

Bahkan, kata Yola, ada rasa bahagia ketika seorang tahanan bebas. Lantaran menurutnya sebagai sipir ia sukses membina dan mengarahkan mereka selama menjalani masa kurungan.

"Mereka kan di dalam tidak punya keluarga, kerap kita bisa jadi tempat curhatnya. Curhat banyak hal, dari kisah hidup, keluarga hingga merencanakan masa depannya. Intinya sih bagaimana pendekatan kita," paparnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X