BANJARMASIN - Pembangunan restoran terapung di Sungai Martapura berjalan lamban. Padahal, restoran di atas bekas tongkang batubara berukuran 15x45 meter itu ditargetkan rampung sebelum hari jadi kota, September nanti. Keuangan yang seret rupanya menjadi kendala.
Pasalnya pembuatan restoran terapung itu bukan dari uang APBD. Semuanya ditanggung dari patungan koperasi. Tongkang itu tampak menambat di sisi Siring RE Martadinata.
"Ada yang memiliki saham lima juta. Adapula yang sepuluh juta," ujar Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Tenaga Kerja Banjarmasin, Priyo Eko Wusono, kemarin (12/6).
Priyo menjelaskan, uang yang terkumpul hingga sekarang baru sebesar Rp595 Juta. "Untuk membayar tongkang saja sudah Rp340 Juta. Belum lagi ongkos menarik tongkangnya," bebernya.
Kondisi keuangan yang minim, mengharuskan pihaknya mengeratkan ikat pinggang. Harus irit dan ekstra hemat. "Sampai-sampai pekerja dibayar harian. Tidak ada yang borongan," terangnya.
Sebenarnya, ada saja yang mau memberikan pinjaman atau mengutangi bahan material. Tapi pihaknya enggan gegabah. "Harus dipikirkan. Bagaimana cara melunasinya. Harus hati-hati," imbuhnya.
Meskipun pembangunan tampak lamban, Priyo yakin bahwa pembangunan restoran terapung bakal rampung sebelum peringatan hari jadi kota. "Pokoknya jika ada wisatawan datang ke Banjarmasin, belum bisa dibilang pernah kemari kalau belum makan di sini," tuturnya.
Secara pribadi, Priyo ingin menuntaskan tugasnya sebagai koordinator pembangunan secepatnya. Mengingat masa pensiunnya sudah mendekat. "Sehingga PKL yang dekat restoran terapung bisa diangkut dan ditata ke sana," pungkasnya. (mr-154/fud/ema)