Kemana Ideologi Partai? Pengamat: Parpol Masuk Jebakan Kapitalis

- Sabtu, 15 Juni 2019 | 09:58 WIB

BERKACA pada Pilwali 2015 silam, ada dua koalisi unik. Partai Islam bergandengan dengan partai nasionalis. Sesuatu yang mungkin saja tak terbayangkan pada dua dekade silam.

Sebut saja seperti PKS yang bertemu PDIP dalam koalisi mendukung pasangan Ibnu Sina dan Hermansyah. Bersama partai lainnya, PAN, Gerindra dan Hanura.

Di kubu lawan, pendukung pasangan Zulfadli Gazali dan Zainuddin Djahri, ada PPP yang bertemu NasDem. Kedua partai ini juga ditemani PKB.

Melihat gambaran itu, kemana larinya ideologi partai? Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, Ani Cahyadi memiliki analisa. Menurutnya, perpolitikan modern di Indonesia tergolong pragmatis. Tak peduli perkara ideologi. "Nyaris tak berpegang teguh pada idealisme atau ideologi partai," sebutnya.

"Kebanyakan partai juga mengambil posisi tengah. Tak kekirian atau kekananan. Termasuk juga partai Islam," lanjutnya. Akibatnya, hampir tak ada basis massa parpol fanatik.

Mengapa begitu? Secara vulgar, dia menyebut hampir semua parpol telah masuk jebakan kapitalis. "Partai tidak bisa hidup kalau tidak ada duit. Di sini, pada akhirnya parpol kehilangan taji dan independensi. Semua tergantung penopang dana. Akhirnya cenderung pragmatis," terangnya.

Situasi itulah yang akhirnya memaksa parpol tak lagi berpegang pada idealisme. Parpol hanya tunggangan atau alat menuju kekuasaan. "Habis pemilu dilupakan. Menjelang pemilu, dicari dan dirindukan," ucapnya.

Akhir cerita, hampir semua partai telah melupakan kaderisasi, pendidikan pemilih dan idealisme partai.

"Hampir di semua partai tidak terjadi proses kaderisasi dan manajemen terbuka. Pada akhirnya menjadi partai tertutup dan paling tidak demokratis," pungkasnya. (nur/fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X