BANJARMASIN - Secara kasat mata, pemko cukup sukses membangun destinasi wisata di Banjarmasin. Sebutlah Siring Pierre Tendean. Tiap akhir pekan, kawasan Menara Pandang itu selalu padat pengunjung.
Sesempurna itu kah? Jawabnya belum. Setidaknya di mata pengamat tata kota, Nanda Febryan Pratamajaya. Ketua Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalsel itu memiliki banyak catatan.
Pertama-tama soal keamanan. Paling mencolok parkir yang kerap menumpuk. Meluber hingga ke badan jalan. Hal itu dinilainya membahayakan pengunjung maupun pengguna jalan.
"Di sana lalu lintas tergolong padat. Karena juga menjadi akses utama pengguna jalan," katanya. Apalagi Jalan Pierre Tendean sempit. Rawan sekali terjadi kecelakaan.
Ditambahkannya, Siring Pierre Tendean juga memerlukan petugas yang selalu bersiaga. Semacam polisi wisata. "Ini penting sekali. Di sana ada banyak pengunjung dan juga pedagang yang memerlukan rasa aman," jelasnya.
Lalu soal kenyamanan wisatawan. Sampai-sampai Nanda menyindir siring sudah bak pasar tradisional. Pada hari Minggu, badan siring dipenuhi lapak kaki lima. "Berjubel dan tak teratur," cecarnya.
Tak kalah penting soal keselamatan. Contoh sederhana, di area siring tak ada pagar pembatas antara selasar dan area taman. "Bagi orang dewasa mungkin tak masalah. Tapi bagaimana dengan anak-anak? Antara halaman dan badan siring cukup terjal dan tinggi," sebutnya.
Menurut Nanda, kawasan siring Sungai Martapura sudah bagus. Tinggal pengelolaannya. Ini menjadi PR pemko. Termasuk ketegasan aturan penggunaan siring untuk event. Ini bisa menjadi pemasukan daerah dari bidang pariwisata.
"Bagaimana caranya agar wisatawan yang datang mengeluarkan uang sebanyak-banyaknya," pungkas Nanda.
Terkait penggunaan Menara Pandang, Kabid Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin, M Khuzaimi mengakui, sejauh ini belum ada regulasi yang mengatur penggunaan fasilitas siring.
Tegasnya, kawasan siring bukan untuk dikomersilkan. "Kami tidak menyewakan fasilitas di sana. Selama ini pemko cuma memfasilitasi event tanpa menarik biaya," jaminnya.
Jenis event juga dibatasi. Untuk pendidikan, budaya, pariwisata, dan kegiatan lainnya yang bisa membantu mempromosikan kota. "Siring Menara Pandang tidak digunakan untuk kepentingan komersil atau bisnis," tegasnya.
Sekalipun ada sentuhan komersil, sifatnya cuma sebagai sponsor. "Misal, ada merek mobil yang menyokong kegiatan budaya, boleh-boleh saja. Tapi kalau untuk promosi tunggal, tidak!" pungkasnya. (nur/fud/ema)