Awalnya Tak Seberapa, Sekarang Bisa Pekerjakan 12 Pemuda Desa

- Rabu, 19 Juni 2019 | 11:28 WIB

Apa yang dilakukan Judinor mungkin bisa ditiru. Petani kelahiran 1975 ini berhasil menyulap lahan pertaniannya menjadi objek wisata menguntungkan.

--- Oleh: Ibnu Dwi Wahyudi, Tabalong ---

Ada agrowisata baru di Desa Pugaan, Kecamatan Pugaan, Kabupaten Tabalong. Lokasinya berada persis di perbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Tidak susah menuju ke sana, karena lokasinya berada di pinggiran jalan. Tidak ada satupun bangunan megah di sekitarnya, hanya ada tanaman karet dan tanam hortikultura.

Jarak antara pohon karet dijadikan lokasi parkir kendaraan sepeda motor, seberangnya terdapat pintu gerbang tanda masuk objek wisata bambu dengan hiasan tanaman merambat. Itulah lokasi agrowisata.
Memasuki gapura agrowisata suasana asri dan menarik langsung bisa dirasakan. Teduh dan banyak spot untuk selfie.

Latar spot swafoto tersebut adalah tanaman-tanaman hortikultura. Sayuran dan bunga serta tanaman hias lainnya. Berbagai tanaman ditanam bergantungan dan tertata rapi. Cukup menarik.

Judinor adalah pemiliknya. Pria kelahiran 1975 itu, merupakan petani setempat yang ternyata setahun terakhir berhasil menyulap lahan pertaniannya menjadi lokasi wisata. "Bulan Mei 2018 mulai ramai menjadi objek wisata," katanya ketika diwawancarai di kebunnya yang luasnya mencapai seperempat hektare.

Memang awalnya tidak sengaja semua itu terjadi. Sebelumnya dia hanya melakoni rutinitas petani biasa. Tanam sayur dan buah, terus menjualnya. Lama-lama, warga kemudian berbelanja langsung ke kebunnya.

Hari demi hari warga yang datang membeludak. Pikiran hanya menjadi sekedar bercocok tanam biasa akhirnya memunculkan ide memposisikan tanaman agar nyaman menjadi latar selfie. Kondisi itu pun dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan. Selain menjual hasil tani, warga diharapkan membayar parkir kendaraan. Sepeda motor Rp5ribu dan mobil Rp10ribu.

Walhasil ternyata warga pengunjung terus berdatangan. "Hari biasa bisa mencapai 500 orang pengunjungnya. Tapi kalau hari Minggu atau hari libur bisa seribu sampai dua ribu pengunjung," imbuh Judinor.
Tidak sekadar sebagai rekreasi, lokasi ini juga menjadi tempat belajar siswa menanam sayuran.

Lama-lama, keluarganya yang menjadi tenaga kerja di lokasi ini tidak juga mampu melayani. Dia akhirnya merekrut belasan pemuda direkrut menjadi pekerja penjaga parkir. "Ada 12 pemuda semuanya. Upah mereka bagi hasil parkir," cetusnya.

Ia mengakui, semua hasil usaha agrowisatanya membuat pendapatannya meningkat drastis. Kalau dulu waktu bertani tidak seberapa, kadang-kadang gagal. Sekarang tidak demikian. "Hitung saja, dari hasil jumlah parkir pengunjung yang datang," ujarnya menghindar mengatakan angka keuntungan.

Keberhasilan Judinor ternyata dilirik Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Tabalong. Agar usaha agrobisnisnya lebih dikenal luas, dia didaftarkan menjadi petani tauladan tahun 2018.

Kepala Distan Kabupaten Tabalong, H Johan Noor Efendi menyayangkan hasilnya tidak sebagaimana harapan lantaran gagal meraih predikat petani berprestasi. "Gagal waktu kami daftarkan," katanya.

Namun, apa yang dilakukan Judinor dianggap telah memberi inovasi ke petani lainnya di Tabalong, karena telah mengubah pertanian menjadi tidak sekedar dapat diambil hasil panennya, tapi juga bisa dijadikan usaha wisata.

Apalagi, keberhasilnya juga sampai bisa membuka peluang pencari kerja di desa bekerja. Sehingga, menumbuhkan efek yang luas dan bermanfaat ke banyak kalangan masyarakat. (ibn/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X