Bupati Sebut Profesi Penyuluh Terbelakang

- Rabu, 19 Juni 2019 | 17:36 WIB

TANJUNG – Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani menjadi narasumber dalam Seminar Pengelolaan Hayati Tanaman Holtikultura bag Petani dan Penyuluh Pertanian yang dilaksanakan Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Penyuluh Pertanian (Perhiptani) Kabupaten Tabalong, di Wisma Tamu Pendopo Bersinar Pembataan, Rabu (19/6/19).

Di acara tersebut, bupati terang-terangan mengatakan profesi penyuluh pertanian adalah penyuluh terbelakang. “Di antara semua yang saya amati, profesi sebagai penyuluh yang keterbelakang,” katanya. 

Ia menilai, profesi ini jalan di tempat, tanpa ada yang bisa dibanggakan. Semua itu karenakan para penyuluh sekarang tidak pernah yakin dengan profesinya tersebut. “Kita tidak punya percaya diri,” imbuhnya. 

Dengan begitu, dia menegaskan agar para penyuluh bisa menumbuhkembangkan dan membangun kembali rasa percaya dirinya. 

“Caranya bagaimana, kita perlu seminar lagi. Saya hanya pintu masuknya saja, jawabannya cari sendiri,” tegasnya. 

Apa yang dibeberkan bupati itu bukan tanpa bukti. “Buktinya apa, setiap miggu pasti ada permohonan dari penyuluh untuk pindah,” imbuhnya. 

Berbeda dengan profesi bidan, kalaupun memang minta pindah hanya untuk permohonan sekolah atau melanjutkan pendidikan. Begitu pula dengan membangun kepercayaan di tengah masyarakat. 

Selebihnya, bupati juga meminta kepada penyuluh agar menjadi peniliti dan pengembangan (Litbang) di lokasi tugasnya bagi petani. 

Salah satunya bisa melihat fenomena keberadaan tomat yang menurut pantauannya sedang kosong. Mulai dari Tabalong hingga Jakarta. Jika ada, itu hanya produk import. 

“Bisakah tomat ditanam pada puncak panennya, pasti bisa karena tanaman ini tumbuh tergantung dari air. Semua bisa direkayasa,” tegasnya. Jangan mengandalkan alur jadwal masa tanam, namun harus keluar dari situ. Disini peran penyuluh. 

Ketua Perhiptani Kabupaten Tabalong, Yana Mulyana mengatakan, seminar itu sendiri diselanggarakan agar bisa meningkatkan produksi holtikultura. “Tujuan agar hasil produksi tanaman hotikultura meningkat dikendalikan secara hayati, menjadi referensi petani di lapangan,” imbuhnya.

Seminar tersebut turut dihadiri Guru Besar Penyakit Tanaman Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Perhiptani Kalimantan Selatan, dan perwakilan dinas pertanian kabupaten lainnya. (ibn/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X