BANJARMASIN - Pertumbuhan ekonomi Banjarmasin seakan berjalan mundur. Sempat menyentuh 7,18 persen pada tahun 2013, tahun 2015 kemarin anjlok ke 4,93 persen. Masih jauh lebih baik lima tahun silam yang mencapai 5,15 persen.
Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina, menjelaskan bahwa penurunan ini bukan hanya diakibatkan perlambatan ekonomi nasional. Tapi lebih karena jatuhnya komoditi andalan Kalsel seperti batubara, sawit dan karet. Dampaknya mulai terasa pada tahun 2014 dan mencapai puncaknya pada tahun 2016 ini.
Banjarmasin memang tidak memiliki sumber daya alam apa-apa. Namun, sebagai kota perdagangan dan jasa, otomatis Banjarmasin ikut menderita. "Sebab, hasil keuntungan batubara dan lainnya dibelanjakan di Banjarmasin," kata Ibnu.
Banjarmasin masih lebih mendingan. Pertumbuhan ekonomi Kalsel malah hanya sanggup menyentuh angka 3,83 persen. Sementara ekonomi nasional sedikit lebih rendah pada angka 4,73 persen.
Pendapatan dan belanja daerah sudah pasti ikut menurun. Realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) mencapai Rp 225 miliar dari target Rp 246 miliar, atau hanya tercapai 91,7 persen. Sedangkan belanja daerah dari target Rp 1,7 triliun hanya keluar Rp 1,4 triliun.
---------- SPLIT TEXT ----------
Ibnu menegaskan, penurunan ini dirasakan seluruh pemerintah daerah di Indonesia. "Terkecuali Bali. Tengok dan contoh Bali. Mereka bisa bertahan karena wisatanya. Banjarmasin harus meniru itu," tegasnya.
Dia berjanji program tahun 2017 mendatang menitikberatkan wisata sungai. Dijabarkannya, ada dua cara untuk membangun wisata. Pertama menyiapkan sumber daya manusia, dan kedua membenahi infrastrukturnya.
Kondisi ini sedikit terobati dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Banjarmasin yang membaik. Tahun 2010, IPM mencapai 71,01 persen, naik perlahan sampai 2015 menjadi 74,49 persen. Salah satu acuan perhitungan IPM adalah tingkat pendidikan masyarakat.(fud/dye)
Pertumbuhan Ekonomi Banjarmasin
Tahun Pertumbuhan
2011 5,15 persen
2012 6,18 persen
2013 7,18 persen
2014 6,25 persen
2015 4,93 persen