Penjualan Jukung Tembus Sampai ke Singapura

- Jumat, 21 Juni 2019 | 10:39 WIB

Seni membuat jukung mulai hilang dari tradisi Urang Banjar. Padahal, sebagai daerah sungai, danau dan rawa, Urang Banjar dulunya adalah para ahli pembuat perahu. Abdulrahman di Amuntai salah satu bakat turunan yang masih tersisa.

--- Oleh: Muhammad Akbar, Amuntai ---

Jauh sebelum alat transportasi berkembang seperti saat ini, masyarakat Banjar khususnya warga Amuntai Kabupaten Hulu Sungai (HSU) menggunakan ‘Jukung’ untuk pergi ke mana-mana. Perahu khas Banjar ini menghubungkan daratan satu dengan yang lain melalui sungai dan rawa.

Seiring dengan aakses jalan yang semakin baik, transportasi air perlahan mulai ditinggalkan. Lambat laun, jukung-jukung banjar mulai hilang dari peradaban Banjar. Bersamaan dengan itu, hilang pula skill membuat perahu yang dulu banyak dikuasai Urang Banjar.

Nah, salah satu tempat para ahli pembuat perahu yang masih tersisa adalah di Desa Tapus Kecamatan Amuntai. Ini adalah bengkel Jukung milik Abdulrahman yang sudah dikelola secara mandiri selama 25 tahun.

Begitu sampai di lokasi, suara mesin gergaji kayu dan mesin ketam kayu terdengar mengairis telinga. Di dalam hanggar pembuatan, penulis melihat tiga pekerja sedang berusaha merampungkan pembuatan beberapa perahu. Butir - butir keringat terlihat mengalir menembus pori-pori tiga lelaki itu. Mereka ternyata ditarget pesanan 35 perahu dari Kota Tamiang Layang, Provinsi Kalimantan Tengah.

Bengkel produksi Jukung milik pria yang dikenal dengan nama Aman Jukung itu memang selalu kebanjiran order dari luar daerah. Mereka dipilih karena membuat jukung sebagaimana orang dahulu membuatnya dari kayu ulin pilihan. "Belum pernah saya membuat Jukung menggunakan kayu lain selain Ulin," sebut Aman Jukung.

Pria jebolan Ponpes Ar Raudhah Amuntai Rabu (19/6) mengatakan dia tidak hanya bisa membuat jukung banjar saja, tetapi juga bisa membuat segala macam perahu. Intinya tergantung pesanan yang datang. Selain Jukung, kadang-kadang bengkelnya juga membuat miniatur perahu khas Banjar seperti sebutnya, Jukung Sudur, Batambit, Rombong, Tiung sampai Jukung atap Kajang.

"Paling panjang dibuat yakni ukuran 12 meter dengan tengah 60 cm sampai 1 meter," ucapnya yang mengatakan miniatur yang dibuat tembus ke Negara Singapura. "Infonya untuk pajangan ruangan," tuturnya. Beberapa hotel dan Perbankan di Kalsel juga memesan miniatur perahu ke Aman Jukung.

Untuk harga miniatur dengan ukuran panjang 4 meter dilepas dengan harga Rp 1,6 juta, 7 meter Rp 4,5 juta, 10 meter Rp 12 juta per unit.

Saat ini, dia mengatakan pembuatan miniatur lah yang sedang booming. Sebab banyak yang order, ketimbang beberapa puluh tahun lalu. Dia mengatakan, pesanan ramai karena memang ahli pembuat jukung semakin berkurang saat ini. (mar/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X