Normanto, Kades Karya Maju dan Mimpi Agrowisata Anggurnya

- Minggu, 14 Juli 2019 | 10:29 WIB

Hidup sebagai warga transmigrasi di desa, membuat Kades Normanto harus mengembangkan berbagai macam terobosan guna mengangkat perekonomian warganya. Salah satu terobosannya adalah budidaya anggur Nineel asal Ukraina.

-- Oleh: MARABAHAN, Ahmad Mubarak --

Desa Karya Maju merupakan salah satu desa transmigrasi. Letaknya sekitar 13 KM dari Kota Marabahan. Mayoritas warganya bekerja sebagai petani. Menuju ke sana dari Marabahan, kita akan melihat banyak kembang dan tanaman pohon palem ekor tupai. Usut punya usut, keasrian desa tidak lepas dari tangan apik Normanto, kades desa setempat.

Lingkungan kantor desa juga dihijaukan dengan berbagai tanaman buah. Kebanyakan dari berbagai varietas jeruk. Serta yang mencuri perhatian; tanaman anggur yang sedang dibudidayakan.

Anggur? Ya, tanaman yang berasal dari daerah dataran Timur Tengah ini merupakan salah satu buah paling digemari masyarakat Indonesia. Sayangnya anggur tidak bisa tumbuh dengan subur di daerah yang memiliki curah hujan rendah dan relatif kering seperti di daerah tropis.

Kades Karya Maju, Normanto bermaksud melawan anggapan itu. Langkah pertama, dia memilih varietas anggur yang lebih ramah kawasan tropis: Anggura Ninel. Anggur jenis ini dikenal memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. "Ini tanaman budidaya asal Ukraina," ujar Normanto.

Meski demikian, lelaki kelahiran Bantul, 19 April 1971 ini belum berani menganggarkan dana desa untuk budidaya ini. Meski memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang itu, dia masih takut proyeknya ini gagal. Mengingat, di Kalsel anggur sulit dibudidayakan. Dia kemudian merogoh kocek pribadi dulu sebagai pilot project. "Pembibitan ini modal pribadi. Kira-kira sekitar Rp6 juta," ujarnya.

Untuk budidaya anggur ini, Normanto hanya menggunakan potongan ranting anggur. Direndam di larutan perangsang akar. Sedangkan untuk bibit anggur didapatkan dari tanaman pribadi yang sudah berbuah. "Semua bibit didapatkan dari tanaman anggur milik anak saya yang berada di Banjarbaru," ceritanya.

Normanto menceritakan, pembibitan secara pribadi dengan tanaman yang ada lebih murah ketimbang membeli. Andaikan membeli, satu bibit sekitar Rp 120 ribu, belum termasuk ongkos kirim dari Jawa. "Nanti bila ini berhasil, bibit yang dikembangkan desa akan dijual dengan harga sekitar Rp 100 saja," ujarnya yang mendapatkan keterampilan budidaya tanaman dari hasil pelatihan di tahun 2006.

Saat ini, menurut cerita Normanto, anggur budidayanya sudah berumur 1,5 bulan. Jumlahnya sangat banyak mencapai ratusan. Walaupun masih kecil, tanaman anggur ini sudah mengeluarkan buah. Dengan persentasi keberhasilan tanam mencapai 80 persen.

Dia sudah berencana akan membagikan tanaman ini saat berumur 3 bulan. Jika anggur bisa tumbuh dengan sempurna dengan buah yang lebat, ia akan menganggarkan dana desa untuk membuat agrowisata anggur. "Bila budidaya ini sukses, akan kami buat taman anggur seluas 1 hektare dengan dana desa," harapnya.

Selain sebagai percobaan, anggur yang dibagikan kepada warga diharapkan bisa memberikan manfaat bagi warga. "Daun anggur bisa disayur dan berfungsi menyerap polusi udara. Serta buahnya yang kaya vitamin bagi anak-anak," ujarnya.

Keahlian Normanto, melakukan stek, okulasi, dan cangkok sudah diakui Dinas Pertanian di Batola. Hasil stek dan okulasi buah jeruk dan karetnya sering di beli dinas terkait untuk dibagikan kepada para petani. "Budidaya tanaman bagi saya adalah sebuah seni yang mengasyikkan," ujarnya.(bar/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X