Mohamad Hanif Wicaksono, Pahlawan Buah-Buahan Lokal dari Balangan

- Senin, 15 Juli 2019 | 11:07 WIB

Namanya Mohamad Hanif Wicaksono. Usianya masih relatif muda, 36 tahun. Tapi berkat dedikasinya pada lingkungan, ratusan buah lokal dan langka dari hutan Balangan kini masih bisa lestari. Berikut kisah perjuangannya.

--- Oleh: WAHYUDI, Balangan. ---

BERGERAK dalam sunyi, istikamah dan tekun melestarikan tanaman buah-buahan lokal yang melimpah di Desa Marajai, Kecamatan Halong Kabupaten Balangan. Itu dilakukan Hanif Wicaksono selama tujuh tahun terakhir.

Desa Marajai terletak di punggung gugusan pegunungan Meratus. Berjarak 60 Km dari Paringin, ibukota Kabupaten Balangan. Waktu tempuh 2 jam bila menggunakan sepeda motor. Akan lebih lama setengah jam kalau naik mobil, karena akses jalan yang belum sepenuhnya bersahabat.

Memasuki wilayah Desa Marajai, tampak Pegunungan Meratus begitu memesona. Sepanjang mata melepas pandang, hamparan hijau pepohonan bak permadani menyelimuti pegunungan yang membentang sepanjang 600 Km ini. Kabut tipis menari di atas pepohonan, menunggu matahari yang lamat-lamat mulai meninggi.

Kepada setiap orang yang mau menemuinya, Hanif berpesan agar langsung menuju Kantor Kepala Desa, karena saat memasuki Desa Marajai ia sudah tidak bisa dihubungi lewat telepon. Sinyal telekomunikasi belum menjamah pemukiman terujung di Kecamatan Halong tersebut.

Setiba di kantor Kades setempat, Senin (8/7), pria dengan perawakan tinggi berkulit bersih, menyambut Radar Banjarmasin dengan jabat tangan dan senyuman hangatnya. Ayah tiga anak kelahiran Blitar 18 Agustus 1983 lalu ini, sudah bertugas di Desa Marajai sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) penyuluh Keluarga Berencana (KB) Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Balangan, sejak 2016.

Sembari menyodorkan segelas kopi yang siap disesap, ia mengawali pembicaraan dengan memperkenalkan Desa Marajai. Belakangan desa ini menjadi buah bibir, dengan keanekaragaman buah lokalnya.

Hanif mengutarakan, Marajai merupakan desa tertinggal. Berdasarkan hasil pendataan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di tahun 2015, tercatat 70 persen warga sekitar belum mengenal huruf. Sedangkan yang prasejahtera mencapai 80 persen.

“Di sini temboknya lumayan tinggi untuk peningkatan kesejahteraan. Kalau desa pinggiran perkotaan kan bisa melalui pelatihan bikin makanan olahan misalnya, sementara kalau itu dilakukan di Marajai, siapa yang mau beli hasil makanan olahannya?” keluh Hanif.

Padahal Marajai, menurut Hanif, memiliki potensi besar di sektor buah-buahan, bahkan bisa jadi penyedia buah lokal terbesar di Kalsel. Namun potensi itu tidak terlihat oleh warga masyarakat setempat.

Hanif lantas menyebut, untuk durian saja ada beberapa jenis yang terdapat di Desa Marajai, seperti durian lahung (Durio dulcis), durian mantaula (Durio kutejensis) dan durian mahrawin (Durio oxleyanus).

Ada juga jenis tarap-tarapan. Seperti kulidang (Artocarpus lanceifolius roxb) dan puyian (Artocarpus rigidus). Buah khas lainnya adalah kapul (Baccaurea macrocarpa), kalangkala (Litsea garciae), gitaan/tampirik (Willughbeia angustifolia) serta kumbayau (Dacroydes rostrata).

Selain itu, kata dia, juga ada buah-buahan yang cuma teridentifikasi ada di Pegunungan Meratus. Yakni buah silulung (Baccaurea angulata), maritam (Nephelium ramboutan-ake), bumbunau (Aglaia laxiflora), babuku (Dimocarpus longan subspecies malesianus) dan luing (Scutinanthe brunnea).

Diantaranya bahkan, ada lima yang terlangka, luying (Scutinanthe brunnea), tampang susu (Artocarpus limpato), silulung (Baccaurea angulata), lahung burung (Durio acutifolius) serta manja (Xantophyllum amoenum).

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X