BANJARMASIN - Belum dimulai, pembangunan Jembatan Sungai Lulut sudah terhambat. Apa yang terjadi? Kontraktor ternyata tertahan oleh keberadaan tiang listrik PLN, jaringan Telkom dan pipa PDAM yang belum dipindahkan.
"Faktor utilitas ini krusial sekali. Kalau belum dibongkar, pekerjaan tidak bisa dilaksanakan. Tentu tidak sembarangan membongkar," kata Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kalsel Muhammad Yasin Toyib.
Hambatan serupa juga terjadi pada proyek Jembatan Sungai Gardu 1 dan 2. PUPR pun sudah menyurati semua instansi. Tapi baru PLN yang memberikan jawaban. Sisanya masih hitung-hitungan.
"PLN sudah menyebutkan angka. Mereka butuh Rp200 juta untuk memindahkan jaringannya. Dibebankan kepada kami. Karena tahun ini mereka mengaku tidak punya anggaran untuk itu," sebutnya.
Sedangkan bagi PDAM, masih belum punya hitungan pasti. Alasannya, karena berdempetan dengan bangunan warga yang belum tuntas dibebaskan. "Ada dua bangunan di wilayah Kabupaten Banjar yang belum diganti rugi," terangnya.
Sejauh ini, PUPR masih coba menego harga dengan PLN. Siapa tahu ongkos pembongkaran jaringan listrik bisa lebih hemat. Untuk membiayainya, PUPR sebenarnya masih punya anggaran.
Untuk ketiga jembatan itu, PUPR mematok pagu Rp19,5 miliar. Tapi pemenang lelang bisa mengerjakannya dengan anggaran Rp18,6 miliar. Artinya masih ada sisa Rp900 juta.
Sisa dari pagu anggaran seusai lelang. "Tapi kami juga harus berhitung. Karena sisanya ini disiapkan untuk hal-hal yang bersifat mendesak," tutur Toyib.
Terlepas dari masalah itu, tahapan proyek sudah dimulai. PUPR enggan menunda-nunda. Kontraktor memulainya dari pembangunan jembatan darurat. Sebagai akses sementara bagi pesepeda motor dan pejalan kaki untuk melintas.
"Kami tidak mau pekerjaan ini terlambat. Karena jembatan ini penting sekali bagi masyarakat. Kami berharap aspek utilitas ini bisa segera terselesaikan," pungkas Toyib. (nur/fud/ema)
