Istri Sempat Keberatan, Penyelamat Buah Langka ini Akhirnya Dapat Kalpataru

- Selasa, 16 Juli 2019 | 11:50 WIB

Dedikasi Mohamad Hanif Wicaksono dalam menyelamatkan buah lokal dan langka di Desa Marajai Kecamatan Halong agar tetap lestari akhirnya mengantarkannya meraih penghargaan Kalpataru tahun 2019.

--- Oleh: WAHYUDI, Balangan ---

RIMBUN pepohonan meneduhi iringan langkah kami saat Hanif mengajak Radar Banjarmasin melihat kekayaan tanaman buah di Desa Marajai.

Tidak perlu jauh masuk ke dalam hutan, karena di sepanjang pinggiran jalan desa sudah dapat dilihat beragam tanaman buah lokal. Dan hanya sekitar 500 meter dari badan jalan, kami sudah bisa mendapati tanaman buah yang langka.

Sayangnya saat ini belum musim buah. Selera akan sangat dimanjakan kalau berkunjung ke sini pada awal tahun, ketika bunga-bunga tanaman mulai bermekaran.

Penulis yang merupakan asli kelahiran dan tumbuh besar di banua, merasa tersipu karena tidak tahu salah satu nama tanaman yang ditanyakan Hanif. Tinggi pohonnya mencapai 15 meter dengan diameter 50 Cm. Berdaun sedang dan tebal. Kebetulan saat ini belum berbuah.

“Ini silulung, nama latinnya baccaurea angulata. Kerabat dari buah kapul. Bulat mengerucut. kulit merah daging, sedangkan warna buahnya putih-bening. Rasanya asam manis,” rinci Hanif.

Terus terang, kata Hanif, dalam mempublikasikan buah-buahan lokal ini ia cukup kesulitan dalam menemukan nama latinnya. Padahal ini penting, untuk mempermudah identifikasi. Sebab kalau menggunakan nama kampung, belum tentu namanya sama antara kampung satu dengan kampung lainnya.

“Saya mencoba cari referensi ke mana-mana. Minta masukan juga ke kawan-kawan ahli taksonomi, untuk mengelompokkan jenis buahan tersebut, sehingga bisa diberi nama latin sesuai jenisnya. Misalkan kalau jenis durian maka akan didahului dengan nama durio, dan lainnya,” jelas Hanif.

Tak sekadar mengenalkan, Hanif juga melakukan pembibitan. Mengajak dan mengajarkan warga desa, terutama para pemudanya untuk membuat persemaian bibit. Baik dari cabutan, cangkokan induk, maupun biji.

Banyak yang berminat untuk membeli indukan buah lokal ini. Paling banyak dari luar negeri. Namun dengan tegas ia tolak. Kalau itu terjadi, katanya, maka tidak menutup kemungkinan nantinya yang mulanya buah lokal Kalsel malah didatangkan dari luar banua.

“Walaupun saya bukan asli sini, tapi rasa terusik juga kalau itu sampai terjadi,” tandasnya.

Ia mengambil satu contoh kasus, buah kasturi yang merupakan asli Kalimantan Selatan malah dibudidayakan secara serius di Florida. Sementara di lokal tidak diperhatikan.

Kepala Desa Marajai, Adi Setiawan mengaku, kedatangan Hanif di desanya memberikan dampak positif terhadap kemajuan desa dan masyarakat.

“Kami akan serius menjadikan desa ini sebagai desa wisata flora. Sebagai langkah awal kami memberikan kesadaran kepada masyarakat agar sadar wisata, semoga kedepannya dapat dukungan penuh dari pemerintah daerah,” harapnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X