Limbah Mendidih Perusahaan Sawit Bocor, Cemari Sungai di Pulau Laut Timur

- Kamis, 18 Juli 2019 | 08:57 WIB

KOTABARU - Semburan limbah sawit panas meresahkan warga Desa Gunung Aru, Pulau Laut Timur. Limbah buangan dari sebuah perusahaan sawit ini mencemari sungai dan mengancam lingkungan sekitar.

Selasa (16/7) petang tadi, Hafidz Halim, seorang aktivis lingkungan menemukan semburan limbah panas persis di belakang pabrik, di atas anak sungai. Saat itu dia sedang mengecek kebenaran kabar dari warga desa.

Begitu melihat kondisinya, Halim mendadak cemas. Dia teringat kejadian yang sama beberapa tahun silam. Saat itu ikan-ikan juga mendadak mati yang diduga karena keracunan air pembuangan dari perusahaan sawit.

Perusahaan sawit di Kecamatan Pulau Laut Timur, adalah BSS yang merupakan grup Minamas. Halim dua tahun silam berhasil membongkar kasus gatal-gatal yang mendera warga di sana karena terkena limbah kelapa sawit yang meracuni sungai.

Bagi warga Desa Gunung Aru dan Pulau Laut Timur secara umum, sungai adalah denyut nadi perekonomian. Hamparan sawah menggunakan sungai sebagai pengairan. Kecamatan ini dikenal penghasil ikan air tawar terbanyak di Pulau Laut.

Halim sendiri segera mengontak rekan-rekannya. Selasa (16/7) pagi tadi, mereka menelisik ke lapangan. Benarlah, mereka menemukan anak sungai penuh tumpukan kotoran berwarna hitam.

Radar Banjarmasin juga memantau ke lokasi. Sekitar satu kilometer dari pabrik sawit, Halim bersama tiga orang rekannya berdiri di tepi kali, menunjuk endapan air berwarna hitam. Baunya memang menyengat. Seperti mencekik tenggorokan. "Aku menduga ini dari kolam dekat pabrik itu," kata Halim.

Tidak lama kemudian, datang seorang pria memakai helm putih. Berbaju pekerja. Rupanya Halim meneleponnya untuk datang. "Bisa gak pimpinan perusahaan ke sini. Biar dia lihat," pinta Halim kepada pria yang ternyata Asisten Kepala Salahuddin.

Asisten Kepala bertubuh kurus itu mengatakan, pimpinan sudah dihubungi. Namun ada kesibukan di kantor. Halim lantas mengajaknya sama-sama mencari sumber limbah yang mencemari sungai.

Halim mengarahkan rekan-rekannya ke belakang pabrik. Tahun lalu katanya, air di kolam limbah sempat meluber ke luar. Dia menduga kejadian yang sama terulang kembali kali ini.

Memakai roda dua, termasuk Salahuddin berkendara ke belakang pabrik. Kendaraan ditaruh di tepi jalan. Sekitar 150 meter dari pabrik, kontur tanah berbentuk tebing. Di bawah tebing sebuah anak sungai. Airnya hitam. Tanah di pinggirnya juga dinodai semacam cairan hitam yang mengental. Air menyembur ke atas terlihat berasap. Mengeluarkan suara menggelegak. Semburan itu persis dari dalam sungai.

Ternyata ada pipa melintas dari pabrik ke kolam yang ditanam di dalam tanah dan membentang ujung lainnya ke dalam sungai. Diduga, perusahaan membuang limbahnya ke sungai desa.

Salahudin sendiri membantah tuduhan itu. Dia mengaku tidak mengetahuinya. Dia segera menelepon pekerja di pabrik dan meminta keran limbah ditutup.

Magrib lewat, Salahuddin pamit salat. Halim dan kawan-kawannya menjelajah sekitar kolam. Mereka mencari dari mana asal limbah itu. Apakah semata-mata dari pabrik atau malah air di kolam atas turun lagi.

"Pokoknya kami bermalam di sini. Sampai pimpinan perusahaan turun lihat sendiri. Kalau wartawan mau pulang silakan, kami kasih kabar perkembangannya," kata Halim.

Bulan terang. Pabrik menyala terang. Tiang-tiang listrik dengan cahaya lampu menyinari jalan-jalan utama pabrik kelapa sawit terbesar di Pulau Laut itu. Pemandangan di perumahan karyawan malam itu terkesan syahdu. Berada di ketinggian. Langit luas. Anak-anak ke warung berbelanja, mereka menggunakan bahasa Indonesia.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X