Pencemaran Sungai Desa Gunung Aru, BSS: Kami Sudah Menutup Limbah Parit

- Jumat, 19 Juli 2019 | 09:00 WIB

KOTABARU - Kasus temuan pencemaran sungai Desa Gunung Aru diseriusi otoritas setempat. Kamis (18/7) siang kemarin, warga bersama Dinas Lingkungan Hidup, Lab Tanah Bumbu, Polsek Pulau Laut Timur dan perusahaan PT BSS Minamas Group mengambil sampel di sungai tersebut untuk diperiksa di laboratorium.

Tim dari laboratorium Tanah Bumbu mengambil sampel di lima titik. Pemeriksaan sampel pertama persis di areal kebocoran pipa limbah PT BSS. Sekitar 150 meter di belakang pabrik. Dari pantauan Radar Banjarmasin, air sungai di sana tampak mengental dan berwarna hitam pekat.

Kemudian rombongan bergerak menuju hilir sungai. Terlihat beberapa bendungan baru yang terbuat dari tanah. Itu dilakukan perusahaan, untuk menahan aliran limbah. Namun di hilir terlihat air tetap mengalir dari hulu. Di titik terakhir, sekitar dua kilometer dari pabrik dekat jembatan, air sungai juga masih berbau.

"Baunya sama dengan yang tadi," kata petugas Lab yang langsung pulang usai mengambil sampel. Hasilnya disebutkan akan keluar sekitar sebulan lagi.

Wartawan sendiri sempat tertahan dua jam untuk meminta keterangan BSS. Baru sekitar pukul 17.30, wartawan pun diizinkan masuk. Meski demikian, kepala pabrik BSS, Donny mengaku tidak punya wewenang untuk menjawab. Semua dilimpahkan ke manajemen Minamas di Jakarta.

Dalam keterangannya kepada Radar Banjarmasin melalui pesan tertulis, Head Corporate Communications, Inggrid Clarissa Wisnu, mengatakan, perusahaan sudah menutup limbah parit dan penutupan pipa untuk menghentikan aliran serta melakukan perbaikan pada sambungan pipa.

BSS juga meninggikan level bund wall (dinding penahan) waduk alam sehingga kualitas sungai tetap terjaga. Terakhir, perusahaan memastikan semua ditangani segera dan sebaik-baiknya.

"Perusahaan bersama kepolisian setempat akan memeriksa lebih lanjut sebab kebocoran tersebut," kata Inggrid dalam keterangan tertulisannya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kotabaru, Arif Fadillah membenarkan, mereka ke lapangan mengambil sampel bersama Lab Tanah Bumbu.

"Kita tinggal menunggu hasil Lab. Sementara di lapangan dilakukan penanganan oleh pihak perusahan," katanya yang mengatakan berdasarkan laporan dari kepala desa, sebenaranya warga di lokasi sudah tidak beraktifitas di sungai.

Benarkah warga tidak beraktivitas di sungai? Faktanya, warga setempat mengatakan sungai di Pulau Laut Timur adalah kawasan favorit warga Pulau Laut memancing. Tiap akhir pekan biasa orang dari kota ke sana memancing. Pulau Laut Timur utamanya Desa Bekambit adalah penghasil ikan sungai terbanyak di Pulau Laut. "Hampir semua ikan gabus di pasar harian kota berasal dari sana," ucap salah seorang warga Bekambit. 

Bekambit sendri adalah tetangga Desa Gunung Aru. Kades Bekambit Zulkipli juga ikut memeriksa bersama petugas Dinas Lingkungan Hidup ke dalam perusahaan. Dia mengatakan perusahaan sudah memperbaiki kebocoran limbah menuju sungai. "Mereka tinggal menunggu hasil Lab," ucapnya.

Kasus ini bermula saat Seminggu lalu warga melihat ada ikan mati di sungai. Senin (15/7), Ata, warga Bekambit sempat melihat warga memungut ikan yang mati di sungai dan memvideonya.

Video itu dikirim ke aktivis lingkungan di Pulau Laut Timur, Hafidz Halim. Aktivis itu bersama beberapa warga Bekambit, Selasa (16/7) turun ke lapangan. Petang hari didampingi Askep PT BSS dia menemukan titik kebocoran limbah persis di belakang pabrik. Limbah itu mendidih. Pipanya bocor persis di atas sungai di Desa Gunung Aru.

Ditilik ke belakang, sudah sejak 2015 masalah PT BSS mencuat. Awalnya perusahaan melakukan replanting hingga ke tepi sungai. Akibatnya banyak warga gatal-gatal.

2017 juga terjadi kasus serupa kasus terbaru. Air sungai menghitam dekat pabrik. Saat itu Halim dan warga belum menemukan sumber limbah dari mana.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X