Senyaman Apa Susur Sungai di Banjarmasin?

- Selasa, 23 Juli 2019 | 09:59 WIB

Pemko ngotot agar desain kelotok wisata dirombak. Atapnya dibuang demi keselamatan penumpang. Sayang, tak semua motoris setuju. Lalu, bagaimana komentar warga?

--

HADI Irawan adalah wisatawan asal Yogyakarta. Akhir pekan tadi, bersama keluarganya dia menjajal wisata susur sungai yang tersohor itu. Hasilnya, lelaki 30 tahun itu merasa puas.

"Asyik sekali melihat aktivitas masyarakat di tepi sungai. Wisata seperti ini tak banyak ditemukan di tempat lain," ungkapnya.

Namun, dia juga memiliki catatan buruk. Kelotok yang ditumpanginya tak sepenuhnya nyaman. "Tidak leluasa. Kalau berdiri harus menunduk. Pandangan juga terbatas," keluhnya.

Hadi tahu bahwa kini dilarang keras menaiki atap kelotok. Tapi dia mengaku tak punya pilihan. Bertahan di bawah, berarti mengorbankan pemandangan sungai yang bagus. "Saya harus memberanikan diri naik ke atap. Saya lihat, banyak juga penumpang yang begitu," tambahnya.

Senada dengan keluhan Nizar. "Bahaya sih kalau naik ke atap. Kalau bisa berenang, tak apa. Tapi kalau tidak, harus mikir-mikir," ujar wisatawan asal Samarinda itu.

Dia kemudian membanding-bandingkan Banjarmasin dengan Thailand. Kebetulan, dia pernah pelesiran ke sana. Seingatnya, di sana tak ada penumpang yang menaiki atap kelotok. Lambung kapal sudah cukup.

"Kapalnya nggak gede-gede amat. Tapi kita bisa menikmati suasana dengan santai. Kapalnya pakai atap juga, tapi tak bisa dinaiki," cerita lelaki 35 tahun itu.

Sementara itu, dari pemain bisnis pariwisata, M Rizwan Arifin mengatakan, wisata susur sungai sebenarnya punya potensi besar. Apalagi jika dikelola dengan baik. Sedari objek wisatanya, hingga sarana seperti kelotok.

Dari pengalamannya, yang pertama ditanyakan wisatawan adalah perkara keamanan. Baru setelah itu perkara kenyamanan. "Terutama bagi wisatawan asing," tegasnya. Rizwan kini mengelola PT EEF Wisata Mandiri, salah satu agensi perjalanan wisata di Banjarmasin.

Itulah mengapa kebanyakan turis asing memilih kelotok kecil tanpa atap. Selain natural, juga lebih maksimal untuk mengamati kehidupan masyarakat di tepi sungai. "Kita pasti sering melihat bule naik kelotok kecil. Mereka merasa nyaman dengan itu," katanya.

Setengah tahun lalu, Dinas Perhubungan Banjarmasin sudah mengeluarkan contoh kelotok dengan konsep atap portabel. Bisa dibuka atau ditutup. Kelotok versi baru itu mampu menampung maksimal 20 orang.

Konsep itulah yang hendak diterapkan pemko. Agar penumpang aman dan nyaman saat susur sungai. Hanya saja, hingga kini belum bisa terwujud karena masih ada motoris yang menolak.

--

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB

Di Balikpapan, Kunjungan ke Mal Naik 23 Persen

Senin, 15 April 2024 | 17:45 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Kaltim Meningkat

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB

Supaya Aman, Membeli Properti pun Ada Caranya

Senin, 15 April 2024 | 10:30 WIB
X