Arroyhani Asfah, Kembangkan Selada di Dataran Berawa

- Rabu, 24 Juli 2019 | 11:18 WIB

Arroyhani Asfah baru 21 tahun. Namun berkat keuletannya, selada khas dataran tinggi mampu dikembangkan di Kota Amuntai. Dia akhirnya menjadi pemasok sayuran untuk gerai burger dan kebab.

-- Oleh: MUHAMMAD AKBAR, Amuntai --

Tinggal di daerah dengan lahan rawa seperti Hulu Sungai Selatan membuat Arroyhani harus memutar otak untuk menanam sayuran semacam selada. Sayuran yang biasa dijadikan salad itu memang tidak akrab dengan dataran rendah.

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Amuntai akhirnya menyulap lahan pekarangannya menjadi kebun kekinian dengan metode Hidroponik dan rakit apung untuk jenis sayur selada, pakcoy sampai bayam merah.

Ketiga jenis sayur yang dikembangkan Roy tersebut, merupakan bahan utama kebutuhan gerai burger dan kebab yang ada di HSU, Tanjung Kabupaten Tabalong, Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, hingga ke daerah Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah.

"Saya tidak distribusi langsung. Namun pihak gerai burger dan kebab khas makanan Turki lah yang membagi sayuran ke lokasi gerai rekanan mereka," kata Roy dijumpai wartawan koran ini di rumahnya di sekitar Objek Wisata Purbakala Candi Agung di Kelurahan Sungai Malang.

Roy memilih mengembang sayur yang sulit dijumpai di lahan pertanian yang geografisnya rendah seperti di Amuntai, bukan tanpa alasan. Pertama, ia ingin membuktikan bahwa selada, pakcoy dan bayam merah yang tumbuh subur di daerah dataran tinggi bersuhu dingin seperti di perkebunan Bromo Jawa Timur, bisa dikembangkan melalui teknologi sederhana di HSU.

Alasannya selanjutnya, saat ini selada masih mengandalkan pasokan luar. Sayur-sayuran yang diminati didatangkan dari Jawa. “Ini menjadi peluang bisnis,” ucapnya.

Ketiga, dia sekaligus memotivasi masyarakat untuk gemar bercocok tanam. Tak perlu harus memiliki kebun dengan tanah yang luas. Dengan metode tertentu, lahan atau pekarangan yang minim juga bias menghasilkan.

Uniknya Roy mengambil jurusan Agribisnis Pertanian di bangku kuliah, bukan teknik pertanian. Dia belajar teknik pertanian dari buku-buku dan internet. Sistem hidroponik dengan metode DFT (Deep Flow Technique) juga diaksesnya melalui channel YouTube. Tak disangka dari iseng tersebut, tanaman rintisan berupa Selada bisa berhasil.

Roy mengatakan modal yang dikeluarkan pertama kali kurang lebih Rp 3 juta. Orang tuanya turut mendukung dengan memberi tambahan dana. Saat ini, dengan modal lebih dari 25 juta, pengetahuan Roy tentang teknik pertanian semakin kaya.

Dia menguasai metode rakit apung sampai Nutrient Flow Technique, yang semuanya mempunyai usia panen yang lebih cepat. Untuk pembibitan sampai berdaun membutuhkan waktu 13 hari. Lalu dipindahkan ke instalasi peremajaan yang membutuhkan waktu enam belas hari. Fase tiga, dilanjutkan pembesaran sekitar 16 hari. “Mulai proses pembibitan sampai panen memakan waktu 45 hari untuk rakit Apung,” jawabnya.

Sementara metode lainnya memakan waktu yang lebih lama. Semua sayur-sayuran ini tidak menggunakan pupuk kimia melainkan organik.

Roy mengatakan sayur selada miliknya sudah ada yang memesan meski belum dipanen. “Ini berkah. Dari keuntungan itu dikukuhkan untuk memperluas lokasi tanam," ungkapnya.

Terakhirnya Roy memberi kiat mudah dalam bercocok tanam dengan modal seminim mungkin bahkan bisa menggunakan limbah styrofoam atau gabus buah.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X